"Ayo kita mencari daun blarak dulu."
"Daun blarak itu apa, Akil?" tanya Noya yang belum mengetahui apa itu daun blarak.
"Daun blarak adalah daun dari pohon kelapa," jawab Akil dengan santai.
"Akil, kata kakekku daun kelapa itu namanya janur!" sangkal Noya kemudian.
"Janur itu daun kelapa yang masih muda. Biasanya berwarna kuning dan putih. Janur biasa digunakan untuk membuat kerangka ketupat atau hiasan di acara pernikahan," Akil pun berusaha menjelaskan tentang ketidaktahuan Noya tentang daun kelapa.
"Oh, begitu ya! Akil kok pintar sih?" tanya Noya dengan pertanyaan yang polos.
"Iya, kan aku belajar. Belajar itu membuat pintar!" jawab Akil dengan polos juga.
Kemudian mereka berdua berjalan menuju halaman belakang rumah yang banyak ditumbuhi pohon kelapa. Pohon kelapa tersebut juga banyak yang masih pendek. Akil berusaha memanjat pohon kelapa terpendek, lalu menjatuhkan blarak ke bawah satu per satu.
Di bawah pohon kelapa, dengan sigap pun Noya mengumpulkan blarak tersebut. Kelihatan akrab dan sudah bisa menjalin kerjasama.
"Akil, ada ulat bulu!" teriak Noya sambil menangis karena tangannya memegang ulat bulu.
Akil lalu berusaha menuruni pohon kelapa tersebut dengan cepat. Menghampiri Noya dan berusaha memberikan pertolongan pertama.