"Kamu memang anak cerdas, Akil! Tugasmu di sini, ajari Noya supaya Noya tidak cengeng ataupun manja lagi ya!" lanjut ayah Noya kemudian.
"Baiklah, Paman!" Akil pun berkata dengan penuh percaya diri.
Setelah beberapa saat tangisan Noya masih terdengar, Akil pun meminta izin kepada ayah Noya untuk masuk ke kamar Noya. Ayah Noya mengizinkan.
"Noya...! Noya...!" panggil Akil setelah sampai di depan pintu kamar Noya.
Noya tetap menangis dan bahkan melempar botol susu yang sudah dibuat oleh ibunya. Ibu Noya nampak marah, namun tidak berbuat kasar kepada Noya. Akil kaget, lalu meminta izin masuk ke dalam kamar Noya. Ibu Noya pun mengizinkan.
"Noya, sana mandi. Lalu kita bermain lagi. Kamu mau main apa hari ini?" tanya Akil yang bersikap dewasa.
Noya menghentikan tangisnya seketika. Lalu memandang Akil dengan rasa malu.
"Aku mau main terompet. Yang ditiup saat perayaan tahun baru itu," jawab Noya dengan mata yang masih sembab.
"Baiklah, Noya. Habiskan dulu susumu. Setelah itu mandi dan kita langsung membuat terompet," Akil pun menyetujui permintaan Noya.
Kemudian Noya pun menghabiskan susu dengan cepat. Lalu mandi dan bergegas menemui Akil kembali.
"Akil, aku sudah siap membuat terompet," dengan penuh semangat Noya menghampiri Akil yang sedang main jari jemarinya di bangku depan rumah Noya.