Akil lalu mendekat, dan mengamati kedua batu besar yang menghimpit tubuh ular tersebut.
"Bibi, ini sangat besar. Aku tidak akan kuat mengangkatnya sendiri. Tunggu ya Bibi, aku akan memanggil Paman Elang untuk membantu membebaskan Bibi ular dari himpitan batu besar ini!" kata Akil kemudian.
"Ssstttt...! Jangan panggil burung elang itu. Pasti elang itu akan memangsaku nanti. Anak-anakku masih kecil. Dan masih membutuhkanku!" kata ular betina dewasa tersebut kepada Akil.
"Bibi, jangan takut. Paman Elang itu baik! Paman Elang tidak sejahat yang Bibi kira," kata Akil yang membela Pak Elang.
"Kamu belum mengerti ya, jika ular itu makanan elang?" lanjut ular betina dewasa kemudian.
Tanpa Akil sadari, ternyata Pak Elang sudah di belakang Akil dan mendengar percakapan Akil dengan ular betina dewasa tersebut. Pak Elang merasa bangga dengan pembelaan Akil.
"Akil, minggirlah! Aku akan mengangkat kedua batu itu!" kata Pak Elang kepada Akil.
Akil lalu mundur beberapa langkah. Ular betina dewasa itu nampak diam sambil menutup mata, tanda ketakutan. Dan Akil melihat Pak Elang mengangkat kedua batu besar yang menghimpit tubuh ular betina dewasa tersebut satu per satu. Nampak berat sepertinya. Namun, Akil percaya jika Pak Elang bisa melakukannya sendiri.
"Terimakasih Tuan Elang, terimakasih Tuan Elang!" kata ular betina dewasa tersebut kepada Pak Elang setelah lepas dari himpitan kedua batu besar.
"Bangunlah. Jangan bersimpuh seperti itu di depanku. Bersimpulah hanya kepada Tuhan. Cepat pulang sana! Anak-anakmu sudah menanti di rumah!" kata Pak Elang penuh bijak, sehingga ular betina dewasa tersebut semakin segan.
"Maafkan aku Pak Elang! Aku sudah berprasangka buruk kepadamu," kata ular betina dewasa kemudian.