"Apa itu? Jika saya sanggup, saya pasti mau."
"Begini, Pak Elang. Tadi sore kami menemukan seekor anak kinci jantan yang tersesat. Anak tersebut tidak tahu alamat tinggalnya. Dan anak tersebut hanya cerita, saat bermain petak umpet dan melalui padang ilalang luas. Hanya padang ilalang luas yang diingat. Barangkali Pak Elang mengetahui daerah yang dimaksud?" Ayah Noya pun memulai mengungkapkan maksud kepada Pak Elang.
Pak Elang terdiam sejenak, dan menghela nafas panjang. Seolah-olah sambil mengingat nama-nama daerah yang berada di seberang padang ilalang luas.
"Di seberang padang ilalang, setahu saya ada banyak desa. Antara lain Bukit Permai, Lembah Hijau dan juga Meadow Green," jelas Pak Elang.
"Jika besok Pak Elang tidak keberatan, saya mohon dengan sangat. Supaya Pak Elang bisa menyelidiki atau mencari tahu siapa yang kehilangan anak di tiga desa tersebut. Saya kasihan terhadap Akil si anak kelinci jantan tersebut. Dari tadi kelihatan sedih dan sering menangis. Noya anakku juga ikutan rewel. Kasihan juga orang tua Akil, pasti juga kebingungan mencari Akil," kata Ayah Noya penuh harap.
"Baiklah. Aku akan membantu mencari tahu mulai besok pagi. Malam ini, manjakan saja si anak kelinci tersebut. Supaya tidak sedih dan merasa disayang. Kalau begitu, saya pamit dulu Pak," kata Pak Elang yang menyanggupi permintaan Ayah Noya.
"Baiklah dan terimakasih sebelumnya," Ayah Noya pun saling berjabat tangan dengan Pak Elang.
Ayah Noya sangat senang, dan selalu optomis jika besok pasti Akil akan segera bertemu dengan keluarganya.
Bersambung...Â
Ditulis oleh Lina WHÂ
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI