Beberapa saat kemudian, Eshal datang dengan membawa daun jerami kering terbaik untuk membuat sarang Mona dan Moni. Mona menyambutnya dengan bersuka cita. Namun, Moni tetap murung sambil berusaha mendapatkan makanan saat menyaksikan keceriaan Mona dan Eshal.
"Mona tidak menuruti aku. Dan aku harus bersusah payah seperti ini untuk mencari makan sendiri," gumam Moni dengan pelan.
Tiba-tiba air mata mengalir di pipi Moni. Moni kesal, sedih dan marah terhadap Mona yang lebih memilih Eshal daripada Moni, saudara kembarnya.
Mona menyaksikan tangisan Moni dari kejauhan. Tetapi Mona pura-pura tidak mengetahuinya. Rasa iba di hati Mona memang ada, tetapi tidak akan mudah ditunjukkan kepada Moni supaya Moni tidak keras kepala.
"Mona, lihatlah! Moni menangis," kata Eshal pelan sambil berbisik kepada Mona.
"Biarkan saja, Eshal. Aku merasa iba. Tapi aku akan tetap mendiamkannya. Dan semoga Moni paham apa arti diamku," jawab Moni dengan santai.
Eshal dan Mona tetap menyelesaikan pembuatan sarang. Sengaja dibuat yang kokoh, kuat dan luas supaya Moni nyaman saat istirahat dan kakinya yang terluka bisa disandarkan dengan nyaman.
Suara isak tangis Moni semakin terdengar. Eshal dan Mona tetap melanjutkan pekerjaannya membuat sarang.
"Mona, kamu nakal! Kamu tidak peduli lagi kepadaku. Aku sakit! Kakiku belum sembuh, tetapi kamu tetap tidak membantuku hari ini. Kamu lebih memilih Eshal! Aku tidak suka itu!" Teriak Moni dalam tangisnya yang keras.
Burung-nurung kecil lainnya merasa terganggu. Lalu mereka melihat ke arah Moni, ingin tahu apa yang terjadi.
"Hei, anak murai. Kenapa kamu menangis keras. Itu sangat mengganggu," kata induk burung derkuku dengan suara yang lantang.
Moni tidak menjawab, dan hanya mengecilkan volume tangisannya. Sementara induk burung derkuku berlalu pergi untuk melanjutkan aktivitasnya.
Eshal dan Mona memperhatikan Moni dengan seksama. Mereka menganggap Moni masih dalam keadaan aman. Dan mereka pun tetap melanjutkan pekerjaan membuat sarang.
Tiba-tiba Eshal melihat Moni tergelincir dan jatuh ke bawah. Dengan sigap Eshal terbang ke arah Moni, lalu menangkap tubuh Moni sebelum jatuh ke tanah. Dipegangnya Moni dengan cengkraman yang lembut, lalu ditaruhnya di atas sarang setengah jadi.
"Moni, kamu baik-baik saja?" Tanya Mona yang sebenarnya sangat mencemaskan Moni.
"Seperti yang kamu lihat sekarang," jawab Moni ketus dengan mata yang sembab.
"Istirahatlah kamu, Moni. Jangan banyak gerak. Kalau kamu masih lapar, biar aku yang mencarikan makan untukmu," Eshal dengan ramah menawarkan bantuan kepada Moni. Eshal tidak berharap Moni akan menyambutnya dengan baik dan ramah.
"Aku tidak mau! Kamu menolongku, dan pasti itu ada maumu. Iya kan?" Kata Moni dengan ketus.
"Moni, lihatlah kebaikan Eshal untuk kita!" Kata Mona dengan kesal.
"Iya, Eshal menolong kita dengan tujuan untuk memangsa kita saat kita sudah dewasa nanti!" Kata Moni dengan nada yang keras.
"Moni, kalau aku berniat memangsamu, sudah aku mangsa kamu dari dulu. Dan untuk apa aku menunggumu dewasa jika hanya aku mangsa. Sepuluh kali kamu pun tidak akan membuatku kenyang dalam sekali makan," kata Eshal yang mulai kesal.
Mona terdiam karena merasa malu dengan Eshal yang sudah banyak menolongnya. Mona pun menyerah dan pasrah jika akhirnya Eshal pun melakukan hal terburuk kepada Moni. Tetapi dari hati terdalam, Mona yakin jika Eshal tidak akan melakukan hal-hal yang buruk. Moni semakin menangis terisak. Tidak jelas menangis karena Moni menyesal terhadap perbuatannya sendiri atau Moni tetap tidak mau menerima Eshal.
Namun, Eshal tetap melanjutkan pekerjaannya membuat sarang. Karena niat Eshal sudah bulat.
"Eshal, apakah kamu tidak lelah?" Tanya Mona dengan halus.
"Tidak. Aku sudah berniat membantumu. Supaya sarangmu nyaman. Besok aku hendak pergi ke hutan seberang. Mengikuti Ayah dan Ibuku, serta saudara-saudaraku yang lain. Dan mungkin aku akan jarang ke sini lagi. Karena habitatku lebih cocok di sana," kata Eshal dengan jujur.
Mona kaget. Tidak menyangka jika harus berpisah jauh dengan Eshal. Dan Mona juga belum bisa meluluhkan hati Moni untuk berprasangka baik kepada Eshal.
"Eshal, benarkah? Apa yang harus aku lakukan untuk Moni, supaya Moni tidak berprasangka yang buruk terhadapmu?" Kata Mona dengan nada terkejut.
"Biarkan saja Moni. Itu sudah sifatnya. Aku juga tidak berharap dihargai oleh siapapun. Aku tidak akan memaksa untuk suka jika dia tidak suka," jawab Eshal dengan nada yang tegas dan ramah.
Setelah pembuatan sarang selesai, Eshal pun berpamitan kepada Mona. Mona sangat sedih, karena harus berpisah dengan Eshal dalam sementara waktu. Namun, Eshal berjanji jika dalam sesekali waktu akan menemui Mona dan Moni.
"Ternyata persahabatan ini harus ada perpisahan. Aku senang bisa bertemu dan bersahabat denganmu, Eshal. Maafkan saudara kembarku si Moni ya. Moni memang keras kepala. Aku juga tidak rela membiarkannya keluar sendirian. Moni keras kepala dan tidak semua binatang berhati mulia sepertimu," kata Mona yang ternyata didengar oleh Moni.
Tetapi Moni pura-pura tidur dan pura-pura tidak mendengarnya. Menyesal, tetapi malu untuk mengakuinya.
Mona dan Eshal sambil melambaikan tangan tanda perpisahan. Moni tetap berpura-pura tidur di dalam sarang dan mendoakan segala kebaikan untuk Eshal. Moni terlalu malu untuk mengakui salah dan meminta maaf.
"Eshal, aku akan selalu merindukanmu!" Teriak Mona sambil melambaikan tangan terhadap Eshal.
Selesai...Â
Ditulis oleh Lina WH
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H