2. Keterbatasan Infrastruktur: Infrastruktur yang kurang memadai, seperti transportasi dan akses ke wilayah industri, dapat membatasi peluang kerja.
3. Kurangnya Diversifikasi Ekonomi: Ketika ekonomi suatu daerah tergantung pada sektor tertentu (misalnya pertanian), fluktuasi dalam sektor tersebut dapat mempengaruhi tingkat pengangguran.
4. Ketidakstabilan Ekonomi: Ketidakstabilan ekonomi, termasuk resesi atau perubahan kebijakan pemerintah, dapat memengaruhi lapangan kerja.
5. Kurangnya Pelatihan dan Pendidikan: Program pelatihan dan pendidikan yang terbatas dapat menghambat peningkatan keterampilan dan kesempatan kerja.
6. Pertumbuhan Populasi: Jumlah penduduk yang terus bertambah dapat meningkatkan persaingan di pasar tenaga kerja.
Untuk mengatasi masalah pengangguran, perlu adanya kerjasama antara pemerintah, sektor swasta, dan masyarakat dalam mengembangkan program pelatihan, memperbaiki infrastruktur, dan mendorong diversifikasi ekonomi.
Dampak Pengangguran Terhadap Pertumbuhan Ekonomi di Kabupaten Majalengka
Pengangguran merupakan salah satu permasalahan sosial dan ekonomi yang dihadapi oleh berbagai negara, termasuk Indonesia. Kabupaten Majalengka, sebagai salah satu kabupaten di Jawa Barat, Â juga tidak luput dari problematika pengangguran. Tingkat pengangguran di Kabupaten Majalengka pada tahun 2021 mencapai 5,84%, lebih tinggi dibandingkan dengan tingkat pengangguran di Jawa Barat dan Indonesia pada tahun yang sama. Tingginya tingkat pengangguran di Kabupaten Majalengka dapat berakibat negatif terhadap pertumbuhan ekonomi di wilayah tersebut. Dampak pengangguran terhadap pertumbuhan ekonomi di Kabupaten Majalengka dapat dilihat dari beberapa aspek, yaitu:
a. Penurunan Daya Beli Masyarakat
Pengangguran menyebabkan berkurangnya pendapatan masyarakat, sehingga daya beli masyarakat pun menurun. Hal ini berakibat pada penurunan permintaan terhadap barang dan jasa, yang pada akhirnya dapat menghambat pertumbuhan sektor usaha dan industri di Kabupaten Majalengka.
b. Meningkatnya Kemiskinan