mitos 3; kepalanya diselip di antara sayap, tak elok membiarkan leher berdarah menjuntai. Sesi selanjutnya bagian anak gadis merendam si ayam tak bernyawa dengan air mendidih, agar bulu-bulunya mudah dicerabut.Â
Mitos 4; tak boleh ngobrol saat mencerabut bulu ayam. Konon, bulunya tumbuh lagi. Bagian si ibu meracik bumbu dan memasaknya, dalam pengawasan penuh anak-anaknya.
Setelah tiba waktu sahur, semua serentak berpesta rasa, menikmati. Sampai kenyang, agar puasa perdana berhasil dilewati. Ada keyakinan orang kampung, jika hari pertama bisa dilalui, hari-hari selanjutnya dijamin selamat, meski sahurnya berkali-kali ditemani sagela. Tak jarang mi rebus karena keburu imsyak.
Ketika suatu saat, salah satu anggota tidak sempat bergabung, sudah punya keluarga kecil atau telah mendahului, airmata kesedihan tak terbendung. Melihat potongan ayam yang menjadi favoritnya, tergeletak di atas baskom.
Seperti biasa, ibu-ibu yang lebay, terisak sendirian. Menghindari kepiluan ini, Hati ayam yang jadi langganan si bungsu yang sedang studi di luar daerah, terpaksa di buang, disambut kucing yang dari tadi menunggu jatah. Rasa yang sama diderita anak-anak di perantauan.Â
Tak bisa mudik tersandra musim ujian atau pekerjaan. Tahun ini apalagi, akan banyak ibu-ibu di kampung dan anak-anak perantauan yang didera duka, seiring larangan mudik dari pemerintah.
Demikianlah, tradisi mohimelu bukan sekedar tradisi, tetapi manifestasi anjuran agama. Ada perjumpaan Islam dengan budaya lokal. Menjadi peristiwa yang sangat mengesankan, terpola dan berulang. Menjadi moment yang paling dirindukan setiap tahun. Menjadi irama penambah syahdu pada saat mohiyonga hulalo (malam takbiran), ketika mengakhiri ramadhan.
Tradisi mohimelu menunjukkan betapa orang Gorontalo sangat menghormati bulan suci. Menyambutnya dengan penuh suka cita. Merayakannya dengan bersilaturrahmi, saling berbagi dan berkumpul, bersama menikmati menu sahur perdana penuh cita rasa. Sebuah ekspresi kegembiraan menyambut bulan penuh berkah. Inilah point yang diapresiasi Rasul kita dengan jaminan terbebas dari api neraka.  (potala bolo = semoga).
MARHABAN YA RAMADHAN
Aamiin YRABaca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H