Pekerjaanku adalah seorang Makeup Artist, seperti yang sudah aku ceritakan di tulisanku sebelumnya. Aku baru sekitar 6 tahun mendalami bidang ini dan akhirnya terbawa kerja di sebuah studio foto.Â
Disamping itu aku juga mempunyai side job di sebuah perusahaan mikro yang bergerak di bidang kosmetik dan kecantikan, yah perusahaan yang sangat mikro. Oleh sebab itu dijaman pandemi covid ini, side jobku terhenti dan selain itu juga, banyak job-job yang dibatalkan atau dipending sampai batas waktu yang belum ditentukan. Wah, pemasukanku seret.
Aku kost di sebuah tempat kos-kosan yang berjarak sekitar 3-4 rumah dari studio foto tersebut. Sebuah kamar kecil yang nyaman dengan AC dan kamar mandi dalam. Tempat ini memberikan kebebasan kepadaku yang sering pulang pagi jika bekerja.Â
Tau sendirilah kalau pemotretan atau shooting bisa sampai malam, bahkan pagi hari. Aku suka disini, karena jika ada pekerjaan dadakanpun, aku tinggal ngesot ke studio.
Kisah dimulai sekitar awal April tahun ini dimana pada saat itu kantong sudah mulai menipis dan kelihatannya harus adanya penyunatan beberapa pengeluaran.Â
Akhirnya aku memutuskan untuk pindah dan numpang tinggal sementara di studio photo, dekat kostku berada, dimana kegiatan studio juga sangat berkurang dari biasanya.
Aku lalu meminta ijin ke temanku, fotografer yang sempat kuceritakan di tulisanku beberapa waktu lalu, yang juga pemilik studio, untuk bisa mengisi dan menempati ruangan kosong yang ada di studio. Ruangan itu biasanya digunakan sebagai kamar ganti dan tempat penyimpanan kostum-kostum disimpan.
Temanku itu mengijinkan, tapi sambil memandangku sejenak. Karena di lantai tersebut hanya akan ada aku sendirian. "Kamu berani sendirian disini?"
"Berani dong Boss!" jawabku senang. Wah aku bisa ngirit lumayan ini, pikirku..
Dengan segera ku pindahkan seluruh barang-barang yang kupunyai dari kosku ke studio dan mengatur ruangan tersebut agar layak untuk ditempati, kamar baruku.
Oh iya, studio foto itu berdiri di bangunan 2 setengah lantai. Yang lantai bawah dipergunakan temanku itu untuk percetakan, sebuah percetakan keluarganya yang sudah sejak lama ada, katanya sih agar papanya ada kesibukan di hari tuanya dan tetap semangat. Percetakan itu sendiri memiliki sekitar 10 karyawan yang pulang ketika sore percetakan tutup. Jadi otomatis aku akan sendirian di malam hari jika aku tinggal disitu.
Lantai dua digunakan dan diset untuk studio foto. Sedangkan setengah lantai paling atas adalah sebuah kamar kecil untuk dapur kotor, ruang cuci dan kamar pembantu serta teras terbuka tempat untuk menjemur baju.
Aku mencoba menceritakan gambaran ruangan di lantai 2, studio, agar bisa membayangkan tempat itu;
Dari tangga naik ke lantai 2, di sebelah kiri ada dua pintu yaitu kamar dan kamar mandi yang biasa dipakai temanku sebagai ruang kerja sekaligus kamar tidur jika dia harus begadang untuk bekerja penuh disana.Â
Temanku sendiri biasanya tinggal di tempat lain, kadang tinggal di tempat orang tuanya, kadang keluar kota atau kadang di rumah gebetannya.. nomaden.. hahahahahha...
Di sebelah kanan tangga,itulah ruangan studio berada, dimulai dengan pintu yang ketika kita masuk akan langsung melihat sebuah ruangan besar, dimulai dengan dapur bersih dan tempat cuci piring serta kulkas dan dispenser aqua, dapur ini kadang digunakan untuk pembuatan foto atau video masak memasak.
Dilanjutkan dengan ruang tunggu yang berbentuk persegi empat dimana ada sofa, meja makan, rak buku besar berisi sejuta koleksi buku dan komik antik milik temanku itu, dia memang suka membaca hingga bukunya banyak sekali hingga jutaan. (hahahaha.. aku sedikit melebihkan tentang rak buku tersebut).Â
Lalu juga ada TV dan peralatan multimedia dan Karaoke Set, sehingga ruang tunggu itu sering digunakan untuk tempat temanku itu dan teman-temannya nongkrong sambil karaokean. dimana biasanya juga merupakan tempat presentasi untuk klien.
Lalu disamping rak buku tersebut ada pintu untuk masuk ke ruangan studio foto yang sangat luas, ruangannya sekitar 14 x 5 meter berisikan layar studio, lampu studio dan berbagai peralatan memotret. Sebuah ruang studio foto untuk bekerja dengan layar besar yang telah menghasilkan banyak sekali karya.
Kembali ke ruang tunggu, disebelah kiri rak buku ada kamar mandi untuk tamu dan didalamnya ada bathtube, shower dan closet yang cukup bersih. Kamar mandi ini juga kadang digunakan untuk pemotretan, memadai karena cukup besar.Â
Kadang bahkan, aku menumpang berendam di bathup itu kalau badanku sedang pegal. Maklum, dibandingkan kamar mandi kosanku yang hanya muat untuk berdiri. kamar mandi studio ini jauh lebih luas dan nyaman.
Kemudian, disamping kamar mandi tamu, ada ruang kosong, ruangan make up dan gudang property seperti aku ceritakan tadi yang akan kugunakan untuk tinggal.
Sebelumnya, setiap kali ke studio, pasti suasananya dalam keadaan ramai. Walaupun kadang, aku yang pertama kali tiba duluan, tetapi jarang sekali aku di studio sendirian dalam jangka waktu lama. Studio ini tidak memakai Office Boy ataupun asisten rumah tangga karena tidak setiap hari digunakan.Â
Biasanya temanku (dan tentunya aku juga) yang membereskan dan merapikannya. Jujur sebagai anak yang sedikit manja, yang sepanjang hidup bersama orang tuaku dan selalu dirumah memiliki Asisten Rumah Tangga, membuatku agak malas dalam bebenah rumah seperti menyapu, mengepel ataupun mencuci piring.
Selang beberapa hari setelah aku tinggal di studio, temanku mendapat job foto di studio. Seharusnya pemotretan itu dilakukan di kantor klien, tapi dalam kondisi PSBB yang mengakibatkan birokrasi pemotretan sulit, akhirnya diambil keputusan untuk melakukan pemotretan di studio.
Singkat cerita, pemotretan yang memakan waktu 6-7 jam selesai. Hari sudah sangat malam, pagi malahan sekitar jam 2 pagi. Semuanya pulang meninggalkan studio termasuk temanku itu yang pulang ke rumah orang tuanya yg cukup jauh dari studio. Seharusnya aku membereskan studio seperti yang diperintahkan temanku, namun karena lelah, aku memutuskan untuk menunda membereskan studio yang dalam kondisi berantakan dan memutuskan untuk tidur.
Karena sangat lelah, aku terbangun ketika hari sudah menjelang sore. Setelah bermalas-malasan aku memasak mie instant dan memakannya di kamar. Setelah itu aku hanya meletakkan di bak cuci piring dan berniat untuk mencucinya besok saja.
Hal ini berlangsung dua tiga hari.. bermalas-malasan maksudku... dan bahkan aku terlupa untuk membereskan ruangan-ruangan yang seharusnya menjadi tugasku untuk membersihkannya setelah pemotretan waktu itu. Kebiasaan Last Minutesku, membuatku berpikir nanti saja mberesinnya kalau mau ada pemotretan lagi. hahahahah...
Temanku sendiri jika ke studio jarang masuk ke area kanan tangga, studio. Dia biasanya langsung masuk ke ruangannya dan bekerja disitu. Aku jarang mengganggunya kecuali jika dia mengajak keluar makan atau menyuruhku menjemput pesanan Gofoodnya di lantai bawah.
Pada suatu sore menjelang malam, aku menerima telepon dari saudariku yang menanyakan kabarku, karena dalam kamarku kadang-kadang signalnya kurang bagus untuk menelpon aku duduk diruang tengah.Â
Tiba-tiba aku melihat seekor kucing berlari masuk ke ruang studio, karena takut kucing tersebut mengotori dan mengacaukan ruang studio, aku kejar kucing tersebut berniat ingin mengusirnya. Tapi tidak aku temukan kucing tersebut dimana-mana.
Kusudahi percakapanku dengan saudariku dan melanjutkan mencari kucing tersebut. Anehnya, aku tidak menemukan kucing tersebut diruangan tersebut.Â
Aku memutuskan untuk menutup pintu studio berharap jika kucing tersebut mau keluar, akan mengeong dan menggaruk pintu karena tidak ada jalan keluar lain selain pintu tersebut.Â
Lalu aku memutuskan untuk kembali ke kamar dan melanjutkan nonton drama korea di kamarku. Anehnya.. Sampai pagi hari tidak ada kabar berita dari si kucing.Â
Tidak ada suara ataupun tanda-tanda keributan dari dalam studio.. Dan ketika aku kembali mencari si kucing di dalam studio tidak ada sama sekali jejak ataupun sosok dari si kucing. Hanya ada studio yang berantakan karena belum aku bereskan dari pemotretan waktu itu.
Aku tidak berpikir aneh-aneh dan memutuskan untuk tidur karena suara dari mesjid sudah terdengar tanda pagi telah tiba dan aku sudah sangat mengantuk.
Aku terbangun, kutengok jendela kamarku sudah gelap, ternyata aku tertidur sangat pulas, hari sudah malam rupanya. Kulihat jam di HPku sudah jam 22.00. Karena lapar, aku berniat memasak mie instan, dan perihal kucing tadi sudah terlupakan.
Kulihat tempat piring mencari piring bersih. Tapi mangkuk dan piring bersih telah habis kupakai, semuanya menumpuk di tempat cucian. Belum aku sentuh selama beberapa hari karena kemalasanku. Akhirnya dengan terpaksa aku mulai mencuci cucian piring kotor yang menumpuk di tempat cucian agar bisa kugunakan.
Ketika aku sibuk mencuci, tiba-tiba perlahan pintu studio terbuka. Aku terpancing menoleh karena gerakan pintu itu dan melihat ke arah pintu studio tersebut. Mangkok yang ku pegang langsung jatuh dan pecah berantakan.Â
Karena studio dalam keadaan gelap, dari sisi dapur, di sebelah pintu yang terbuka aku melihat sesosok wanita dalam kegelapan studio. Wanita itu menatapku tajam dengan wajah seputih kapas dan tatapan yang tak akan kulupakan sampai sekarang..
Badanku langsung lemas. Tanpa berpikir panjang kuraih ponselku yang tidak jauh dari tempatku berdiri yang memutar lagu favoritku.
Aku langsung berlari turun dan menuju warung yang buka 24 jam didekat studio. Wajahku pucat dan dengan gemetaran aku menelepon temanku, fotografer sang pemilik studio dan berkata akan menunggu dia di warung tersebut.
Akhirnya setelah menunggu beberapa waktu, temanku tiba ke warung tempatku menunggu. Disana temanku membayarkan minuman yang ku minum karena tidak sempat membawa dompet. Bahkan aku tidak memakai sendal waktu berlari ke situ. Dalam gemetaran kuceritakan padanya apa yang kualami.
Kami berdua berjalan ke studio tanpa berkata-kata. Jujur badanku masih gemetaran. Ketika naik ke lantai 2, aku membiarkan temanku berjalan duluan ke arah kanan tangga, studio. Dia menyalakan lampu studio dan masuk ke dalam. Aku menunggu di tangga dan tidak mau masuk ke dalam ruangan.
Tidak berapa lama, dia memanggilku ke sana. Kutolak mentah-mentah. Tapi setelah beberapa saat membujukku, tepatnya memaksaku. Aku menurut juga masuk ke tempat itu.
Di dalam studio aku melihat bekas pemotretan yang masih berantakan yang belum kubereskan ditambah meja dan kursi yang berserakan karena mencari kucing kemarin.Â
Temanku sambil "ngedumel" memberitahuku bahwa memang tempat tersebut ada penunggunya. Tapi tidak akan muncul jika tempat tersebut bersih. Dia mengambil sapu dan menyuruhku menyapu. Kami bersama merapikan studio itu.
Sembari bebersih, temanku lalu mengajakku berkenalan dengan "Cici", si perempuan yang kulihat tadi. Dia memberitahuku bahwa Cici ada di pojok ruangan itu. Aku menoleh ke pojok yang ditunjuknya, tapi aku hanya melihat sebuah pojok kosong.
Dengan segera kami berdua berjibaku membersihkan studio dan ruang tengah. Dengan sangat rajin aku bersihkan, bahkan setiap perabotan ku lap dari debu yang menempel. Piring-piring kotor di bak cuci piring juga ku cuci bersih. Memang ruangan tersebut jadi lebih segar.
Setelah selesai bebenah, temanku akhirnya membakar dupa aroma therapy yang membuat suasana studio menjadi wangi lavender, dia lalu menghidupkan Karaoke dan menyanyi dengan suaranya yang parah banget (itu jujur dari lubuk hati). Lalu kami berdua mengobrol hingga aku melupakan kejadian seram tadi. Karena bujukanku, temanku sendiri akhirnya tidak pulang dan tidur di ruangannya di studio itu. Aku akhirnya tertidur di kamarku dengan tenang tanpa ada kejadian apapun.
Esoknya aku terbangun dan keluar dari kamar. Anehnya suasana ruangan tengah dan bahkan studio sangat amat jauh berbeda dari saat sebelum-sebelumnya ketika aku mulai tinggal disitu. Terasa suasana bersahabat ada di situ. Percaya gak percaya, itu yang kurasakan.
Akhirnya aku menyadari, dimanapun kita menumpang atau tinggal, kita harus rajin membersihkan tempat yang kita tinggali. Karena sejatinya, kita tidak tinggal sendirian disitu.Â
Jika penghuni lain tidak suka dengan kejorokan kita, mereka bisa melakukan hal yang tidak terduga.....
Lily Ong
Jakarta 2 Nopember 2020
dari suatu tempat
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H