Kusudahi percakapanku dengan saudariku dan melanjutkan mencari kucing tersebut. Anehnya, aku tidak menemukan kucing tersebut diruangan tersebut.Â
Aku memutuskan untuk menutup pintu studio berharap jika kucing tersebut mau keluar, akan mengeong dan menggaruk pintu karena tidak ada jalan keluar lain selain pintu tersebut.Â
Lalu aku memutuskan untuk kembali ke kamar dan melanjutkan nonton drama korea di kamarku. Anehnya.. Sampai pagi hari tidak ada kabar berita dari si kucing.Â
Tidak ada suara ataupun tanda-tanda keributan dari dalam studio.. Dan ketika aku kembali mencari si kucing di dalam studio tidak ada sama sekali jejak ataupun sosok dari si kucing. Hanya ada studio yang berantakan karena belum aku bereskan dari pemotretan waktu itu.
Aku tidak berpikir aneh-aneh dan memutuskan untuk tidur karena suara dari mesjid sudah terdengar tanda pagi telah tiba dan aku sudah sangat mengantuk.
Aku terbangun, kutengok jendela kamarku sudah gelap, ternyata aku tertidur sangat pulas, hari sudah malam rupanya. Kulihat jam di HPku sudah jam 22.00. Karena lapar, aku berniat memasak mie instan, dan perihal kucing tadi sudah terlupakan.
Kulihat tempat piring mencari piring bersih. Tapi mangkuk dan piring bersih telah habis kupakai, semuanya menumpuk di tempat cucian. Belum aku sentuh selama beberapa hari karena kemalasanku. Akhirnya dengan terpaksa aku mulai mencuci cucian piring kotor yang menumpuk di tempat cucian agar bisa kugunakan.
Ketika aku sibuk mencuci, tiba-tiba perlahan pintu studio terbuka. Aku terpancing menoleh karena gerakan pintu itu dan melihat ke arah pintu studio tersebut. Mangkok yang ku pegang langsung jatuh dan pecah berantakan.Â
Karena studio dalam keadaan gelap, dari sisi dapur, di sebelah pintu yang terbuka aku melihat sesosok wanita dalam kegelapan studio. Wanita itu menatapku tajam dengan wajah seputih kapas dan tatapan yang tak akan kulupakan sampai sekarang..
Badanku langsung lemas. Tanpa berpikir panjang kuraih ponselku yang tidak jauh dari tempatku berdiri yang memutar lagu favoritku.
Aku langsung berlari turun dan menuju warung yang buka 24 jam didekat studio. Wajahku pucat dan dengan gemetaran aku menelepon temanku, fotografer sang pemilik studio dan berkata akan menunggu dia di warung tersebut.