Setelah sampai ke kamar, mengetuk pintu dan membuka pintu kamar, kami disambut dengan bau harum dupa melati yang tadi dibakar oleh temanku. Tapi aneh.. kamarnya sudah tidak seperti semalam.
Kamar terasa terang dan cerah padahal hari sudah gelap. Tidak ada lagi perasaan aneh seperti semalam dan cerita-cerita sudah mulai terlupakan. Aku mandi dengan air panas tanpa gangguan air dingin dari shower atas lagi.. Aneh sekali...
Malam itu ditutup dengan tidur yang damai sambil mendengarkan deburan ombak.
Hari-hari selanjutnya merupakan hari yang sangat sibuk. Kami sampai ke hotel kami sudah sangat malam. Kami hanya istirahat dan dilanjutkan persiapan pemotretan untuk esoknya. Tidak ada hal yang aneh lagi kami alami. Temanku bahkan bisa tidur dengan lelap begitu kepalanya nempel di bantal, benar-benar lelah.
Hingga Hari keempat, dimana kami akan mengambil pemotretan untuk hotel ini, dan setelah itu kami akan check out untuk berpindah ke daerah Ubud.
Kami mendapat jadwal untuk memotret interior sebuah kamar pilihan di hotel tersebut. Dimana kamar itu baru kosong di hari itu jadi kami baru bisa memotret kamar itu.
Kami ditemani oleh Manager hotel tersebut. Setelah mengatur peralatan, sembari menunggu temanku memotret, kami berbincang-bincang dengan Manager hotel itu.
Dalam perbincangan, kami menceritakan pengalaman kami di hotel tersebut, temanku sambil memotret, menimpali sekali-sekali sedangkan aku mencerocos bercerita mulai dari barang hilang dan cerita hotel terbakar yang kudengar di restoran dulu. Wajah Manager hotel agak datar kulihat.
Setelah aku selesai bercerita dengan semangatnya, dia melanjutkan dengan bercerita tentang versi dia.
Dia memulai dengan: "Jujur saya juga mempunyai rencana untuk mencari pekerjaan ditempat lain karena ada saja karyawan hotel ini yang meninggal. Sudah ada beberapa karyawan hotel yang meninggal selama bekerja ditempat ini. Dimana mereka meninggal bukan dalam keadaan yang wajar."