Temanku dengan ramah menyapa mereka dan memotret mereka bekerja. Aku melihat berbagai bunga dan daun2an untuk rangkaian Canang Sari yang diletakkan disekitar hotel.
Canang sari merupakan upakara (perlengkapan) keagamaan umat Hindu Dharma untuk ritual persembahyangan setiap harinya. Sajen paling umum dapat dilihat di setiap sudut Bali adalah canang sari. Bentuknya bulat atau kotak dan diisi dengan daun dan bunga warna warni, serta diberi dupa.
"Wah gak ada melati nih bu?" tanya temanku sambil mengedipkan matanya kepadaku.
"Tidak ada, ini ditentukan dari pemangku di sini. Jadi sudah ada jenisnya," jawab ibu itu.
Aku terdiam dan menghubungkan cerita temanku pagi tadi soal melati. Gak heran kalau hantu perempuan yang ditemui temanku minta Melati, karena tidak disediakan di hotel itu...
Haduh kok ya bisa pas dengan yang diceritakan temanku si fotografer yang ternyata dukun itu.
Kami melanjutkan berkeliling taman hotel yang memang luas sekali. Dari pantai hingga jalan setapak yang mengelilingi cottage-cottage di hotel tersebut.
Dalam perjalanan kami ke kamar, kami melewati beberapa pendopo. Ketika melewati salah satu pendopo, hari telah menjadi gelap. Walaupun lampu taman sudah menyala, tetap saja pendopo itu agak gelap.Â
Temanku tiba-tiba berkata: "Ngapain dua orang itu gelap-gelapan disana?"
Aku menajamkan mataku dengan melihat ke pendopo tersebut. Tetapi aku tidak melihat satu orangpun disana. Bahkan siluet hitampun tidak ada.
Aku hanya menatap temanku, dan dia balik menatapku. Tanpa berbicara, kami berdua mengerti bahwa yang dia lihat itu bukan manusia. Lalu kami berdua meneruskan perjalanan kami dalam diam dan menyeret langkahku agak cepat, bahkan ingin berlari agar segera sampai ke kamar.