Dalam psikologi modern, konsep seperti twin flame sering kali dijelaskan sebagai fenomena psikologis yang terkait dengan proyeksi emosional. Individu yang merasa "terhubung" secara intens dengan orang lain mungkin sebenarnya memproyeksikan kebutuhan emosional atau aspek diri mereka yang belum terselesaikan. Hal ini mirip dengan konsep projeksi dalam teori psikoanalisis Carl Jung, di mana seseorang melihat sisi tersembunyi dirinya dalam diri orang lain.
Hubungan "twin flame" sering kali melibatkan dinamika seperti push and pull (tarik-ulur), yang bisa berasal dari trauma, ketakutan, atau masalah tidak terselesaikan dalam diri masing-masing. Psikologi menekankan pentingnya pengembangan diri dalam hubungan. Hubungan "twin flame" sering dianggap sebagai cara untuk memicu pertumbuhan pribadi, bukan hanya romantisme belaka.
Apakah Twin Flame Relevan dalam Islam?
Islam tidak mengenal konsep twin flame dalam ajarannya. Hubungan dalam Islam bukan tentang mencari pasangan yang "sempurna" atau "cerminan jiwa," melainkan tentang menemukan pasangan yang dapat membantu dalam menjalani kehidupan dengan prinsip Islam. Rasulullah SAW bersabda:
"Wanita dinikahi karena empat perkara: karena hartanya, keturunannya, kecantikannya, dan agamanya. Maka pilihlah wanita yang beragama, niscaya engkau beruntung." (HR. Bukhari dan Muslim)
Hadis ini menggarisbawahi pentingnya memilih pasangan berdasarkan nilai-nilai agama dan akhlak, bukan berdasarkan konsep spiritual abstrak seperti twin flame.
Islam mengajarkan bahwa setiap manusia diciptakan sebagai individu yang utuh, bukan sebagai separuh jiwa dari orang lain. Setiap orang bertanggung jawab atas dirinya sendiri di hadapan Allah (Surah Al-An’am: 164). Jodoh adalah takdir yang sudah ditetapkan oleh Allah, tetapi manusia tetap diperintahkan untuk berusaha dan berdoa (Surah Ar-Rum: 21). Fokusnya adalah pada keharmonisan dan tujuan hidup bersama, yaitu mencari keridhaan Allah.
Mitos atau Realitas?
Konsep twin flame mungkin menarik dari sudut pandang spiritual modern, tetapi tidak memiliki dasar dalam Islam atau psikologi ilmiah. Dalam Islam, manusia diajarkan untuk tidak terlalu bergantung pada hubungan manusia, tetapi lebih fokus pada hubungan dengan Allah. Hubungan yang sehat adalah hubungan yang membawa seseorang lebih dekat kepada Allah, bukan yang menciptakan keterikatan emosional berlebihan atau perasaan "ketergantungan" pada individu lain.
Menurut ulama kontemporer, seperti Dr. Umar Sulaiman Al-Ashqar, kebahagiaan manusia bergantung pada ketaatan kepada Allah dan tidak pada pencarian pasangan yang dianggap sebagai pelengkap jiwa. Dalam bukunya The Islamic Creed Series, beliau menekankan pentingnya menghindari konsep-konsep modern yang tidak sesuai dengan ajaran Islam.
Sebagai umat Islam, penting bagi kita untuk berhati-hati dalam mengadopsi konsep-konsep spiritual yang tidak berasal dari ajaran Islam. Alih-alih mencari "twin flame," fokuslah pada peningkatan diri melalui tazkiyatun nafs dan hubungan yang harmonis dengan orang-orang di sekitar kita berdasarkan nilai-nilai Islam. Dengan demikian, kita dapat menjalani kehidupan yang lebih bermakna dan sesuai dengan tujuan penciptaan kita.