“Kalau masalah itu bapak belum pasti. Ini masih dalam proses negosiasi.”
“Semoga semuanya berjalan dengan baik.”
“Amin…”
“Bapak?”
“Ya… sayang. Ada apa lagi?”
“Minggu lalu, pak dukun dari kampung ke sini mencarimu?”
“Loh..! ya tinggal saja kamu kasih duit habis perkara.” Jawab suaminya dengan santai sambil menikmati rokoknya.
“Ini bukan persoalan duit lagi,”
“Trus apa?”
“Ceritanya begini. Pak dukun itu meramalkan masa depan proyek bapak dan keluarga kita. Kata dia, tidak lama lagi kita akan bangkrut total. Sebagai ibu rumah tangga, mana saya tahu persoalan itu. Saya malah mencurigai, jangan-jangan ada pihak ketiga yang mulai iri hati dengan kesuksesanmu.”
“Bisa juga dikatakan begitu. Zaman sekarang, kalau kita tidak pintar melobi dan menunggu berjam-jam di depan ruang lobi sampai lapar memanggil, hidup akan lebih sulit. Orang-orang seperti itu masalahnya sederhana, kebutuhan dasar belum terpenuhi. Seandainya bapak menang tender lagi, bapak berharap semua tidak datang dengan poster dan spanduk. Kalau keluarga kita, bukan persoalan kebutuhan dasar , tapi lebih dari itu. Bapak juga berencana dalam dua tahun lagi membeli hotel sederhana di pulau Bali, bekerja sama dengan pengusaha dari Jakarta.”