Mohon tunggu...
Lilis Mastul
Lilis Mastul Mohon Tunggu... Guru - Guru SD, yang ceria, semangat dan kekinian

seorang istri dan ibu dari dua orang putra

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Jaya yang Tak (lagi) Jaya

14 Januari 2024   16:07 Diperbarui: 14 Januari 2024   16:08 123
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Jaya melirik jam tangan yang melingkar dipergelangan tangannya, menunjukan jam 17.00, wajahnya kusut tak beraura ceria. tapi berusaha menyunggingkan senyuman disudut bibirnya setiap kali pak tua yang ada didepannya berseloroh cerita masa lalunya.

Pakde Nurdin biasa pulang sore seperti ini, tanya Jaya tak bersemangat

biasanya jam segini udah pulang, tapi ini tumben belum pulang.

setelah mendengar jawaban dari ayah Nurdin, Jaya mohon pamit pulang. titip salam saja pakde sama Nurdin, ucap Jaya sambil berlalu pergi dengan motor bututnya.

Sepanjang jalan tak terasa air hangat keluar dari kedua kelopak matanya. membuat Jaya menghentikan laju motor. 

dipinggir jalan, dibawah pohon asem Jaya duduk termenung. air hangat yang keluar dari kedua sudut matanya semakin deras keluar,tak terbendung sehingga pundak Jaya berguncang guncang. 

dadanya terasa sesak, marah, kesal, ingin memaki semua wajah wajah yang terlintas dan berseliweran dibenaknya.

Dasar kalian tidak tau balas budi kalian orang orang yang sangat aku benci,  teriaknya dengan sangat keras.  

tiba-tiba masa yang lalu seperti hadir didepan matanya, mengingatkannya akan masa itu, masa dimana semua teman-teman, sahabat dan rekan berkumpul dengan suka cita. mereka menyanjung, memuji, dan mengagumi keberhasilan dan kesuksesannya. 

tak sedikit teman, sahabat dan rekannya yang dengan tanpa ragu meminta bantuan pada Jaya saat dalam keadaan terpuruk.

tapiiii saat ini ketika Jaya terpuruk dan membutuhkan mereka, tak ada satu pun yang mau mendekat atau bahkan mereka seperti menghindar seperti halnya Jaya adalah penyakit yang menular dan akan merepotkan mereka.

ketika Jaya berusaha mengirimkan whatsapp menanyakan kabar, mereka langsung membalas dengan kata-kata sedang diluar kota, sedang sibuk, bahkan ada yang tidak membalas sama sekali. seakan tidak mau sampai mendengar keluh kesah, apalagi sampe meminta bantuan mereka.

Jaya bingung kemana lagi harus meminta bantuan, saat ini usahanya bangkrut, tertipu miliaran rupiah, semua hancur tak tersisa. dari sana sini datang penagih dengan wajah sangarnya. saat ini keluarganya jadi orang-orang yang tersisa yang menguatkan dan selalu mendukungnya, padahal mereka sering Jaya abaikan bahkan tidak pernah cukup waktu untuk mereka, membuat jaya semakin merasa bersalah.

Jaya berusaha bangkit dari tempatnya duduk, menghapus air mata yang mengalir dari pelupuk matanya dengan kedua tangannya yang gemetar. Jaya mengendarai motornya menuju suatu tempat, yang mengumandangkan suara Adzan Magrib, begitu sampai, Jaya langsung masuk dan merasa ada hawa sejuk menyentuh dihatinya. tempat yang sudah lama Jaya sering lupakan, bahkan tidak ada waktu untuk mendatanginya.

Jaya bersujud dengan linangan air mata, Jaya sudah tidak perduli bahkan seorang laki laki berperawakan tinggi besar seperti dirinya sudah tidak memperdulikan sekelilingnya. Jaya yang kini sudah tidak jaya lagi dan sudah tidak memiliki apa-apa.

direndahkan,diremehkan,tidak diperdulikan bahkan dianggap tidak ada oleh mereka.  hanya bisa bersimpuh memohon dan mengadu. kepada sang pencipta yang maha kuasa. 

Jaya baru menyadari ketika sudah tidak jaya, maka semua meninggalkannya,menjauhinya bahkan tidak mau mendengar keluh kesahnya. hanya Tuhan pada akhirnya tempat untuk berkeluh kesah, memohon petunjuk dan jalan keluar terbaik. dengan segala kuasanya Tuhan pasti menyelesaikan setiap permasalahan hambanya. 

Pada akhirnya Jaya berusaha menerima masalah yang datang padanya dan mengikhlaskan teman-temannya yang menjauhinya. karena itu mungkin akan lebih meringankan hatinya jadi lebih ikhlas dan damai.

Saat ini Jaya meyakini saatnya nanti pasti akan tiba kembali menjadi Jaya yang kembali Jaya. tetapi  Jaya yang baru  dengan ridho dari Tuhan yang maha kuasa dan lebih mensyukuri apa pun yang Tuhan berikan sebagai suatu berkah dan anugerah.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun