Mohon tunggu...
Lilis Mastul
Lilis Mastul Mohon Tunggu... Guru - Guru SD, yang ceria, semangat dan kekinian

seorang istri dan ibu dari dua orang putra

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Jaya yang Tak (lagi) Jaya

14 Januari 2024   16:07 Diperbarui: 14 Januari 2024   16:08 117
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

ketika Jaya berusaha mengirimkan whatsapp menanyakan kabar, mereka langsung membalas dengan kata-kata sedang diluar kota, sedang sibuk, bahkan ada yang tidak membalas sama sekali. seakan tidak mau sampai mendengar keluh kesah, apalagi sampe meminta bantuan mereka.

Jaya bingung kemana lagi harus meminta bantuan, saat ini usahanya bangkrut, tertipu miliaran rupiah, semua hancur tak tersisa. dari sana sini datang penagih dengan wajah sangarnya. saat ini keluarganya jadi orang-orang yang tersisa yang menguatkan dan selalu mendukungnya, padahal mereka sering Jaya abaikan bahkan tidak pernah cukup waktu untuk mereka, membuat jaya semakin merasa bersalah.

Jaya berusaha bangkit dari tempatnya duduk, menghapus air mata yang mengalir dari pelupuk matanya dengan kedua tangannya yang gemetar. Jaya mengendarai motornya menuju suatu tempat, yang mengumandangkan suara Adzan Magrib, begitu sampai, Jaya langsung masuk dan merasa ada hawa sejuk menyentuh dihatinya. tempat yang sudah lama Jaya sering lupakan, bahkan tidak ada waktu untuk mendatanginya.

Jaya bersujud dengan linangan air mata, Jaya sudah tidak perduli bahkan seorang laki laki berperawakan tinggi besar seperti dirinya sudah tidak memperdulikan sekelilingnya. Jaya yang kini sudah tidak jaya lagi dan sudah tidak memiliki apa-apa.

direndahkan,diremehkan,tidak diperdulikan bahkan dianggap tidak ada oleh mereka.  hanya bisa bersimpuh memohon dan mengadu. kepada sang pencipta yang maha kuasa. 

Jaya baru menyadari ketika sudah tidak jaya, maka semua meninggalkannya,menjauhinya bahkan tidak mau mendengar keluh kesahnya. hanya Tuhan pada akhirnya tempat untuk berkeluh kesah, memohon petunjuk dan jalan keluar terbaik. dengan segala kuasanya Tuhan pasti menyelesaikan setiap permasalahan hambanya. 

Pada akhirnya Jaya berusaha menerima masalah yang datang padanya dan mengikhlaskan teman-temannya yang menjauhinya. karena itu mungkin akan lebih meringankan hatinya jadi lebih ikhlas dan damai.

Saat ini Jaya meyakini saatnya nanti pasti akan tiba kembali menjadi Jaya yang kembali Jaya. tetapi  Jaya yang baru  dengan ridho dari Tuhan yang maha kuasa dan lebih mensyukuri apa pun yang Tuhan berikan sebagai suatu berkah dan anugerah.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun