Mohon tunggu...
Lilis Edah Jubaedah
Lilis Edah Jubaedah Mohon Tunggu... Guru - Guru di SMPN 1 Cilegon

Saya Lilis Edah Jubaedah, Lahir di Purwakarta, 26 Agustus 1965. Pekerjaan saya Guru di SMPN 1 Cilegon. Hobby saya menulis, walapun belum mahir. Konten yang saya sering tulis apa saja yang berhubungan dengan rasa kekhawatiran diri terhadap lingkungan sekitar. Jenis tulisannya ada puisi, cerpen, opini, esai, atau apa saja yg menurut saya cocok dengan kontennya. Tapi hanya sekadar menulis saja.

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Dalam Kenangan Semua Segar Terbayang

13 Desember 2023   21:00 Diperbarui: 13 Desember 2023   21:01 48
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dalamnya kenangan membuat tak kuasa melupakan walau sedetik

Alam lama kabayang, tak terhalang ngalangkang, membuat otak menjadi picik

Lamunan sering menggangu, membayangkan masa lalu, padahal membuat sakit

Ada tanya yang tak terjawab, mengapa terjadi padaku, jeritan suara hingga memekik

Makin kelam walau terus kutanyakan pada hati nurani, masalahnya semakin pelik

Ketika dulu kita bertemu, baru kutahu, kau manfaatkan diriku yang lemah ini

Entahlah, tujuanmu dulu apa, aku tak pernah tahu, hingga kau tak punya hati

Namun, setelah berpuluh tahun lamanya, barulah kutahu, kau menyesal sendiri

Alasanmu kini ingin cinta lama bersemi Kembali, tak mungkin kau tlah menyakiti

Nanti kayak dulu lagi, bertemu dan menyakiti lagi, aku merasakan, aku yang tersakiti

Gagalnya merajut kisah cinta bersamamu, bukan keinginanku, tapi niatmu di hati

"Andaikan saja dulu, kau tak berpaling, kita pasti bisa Bersama, sehidup semati"

Naha atuh? Kamu yang sudah berpaling, kenapa aku yang kau tuduh dan hianati?

Serasa dunia ini tak lagi bersahabat denganku, semua yang terlihat seperti seorang munafik

Enyahkan rasa simpatik, berpikiran selalu picik, dan di mata semua yang terlihat itu munafik

Mungkin pikiran yang picik yang berwawasan sempit, menganggap semua orang sama, picik

Untung masih kupunya hati, walau setengah, ada rasa dendam bersemanyam, tak menampik  

Akhirnya membuatku jadi orang yang kurang peduli, tak punya rasa simpatik

Selama ini, rasa yang kupunya hanya untukmu, tak tersisa sedikit pun, cinta mati

Entahlah, tak tahu harus bagaimana, sementara kau, tak cinta, tak punya hati

Gagahnya kau melengggang meninggalkanku, kau pilih yang lain, kau bawa pergi

Ada rasa penyesalan yang dalam, tak bisa kujawab, masih menggelitik sanubari

Rasanya dunia hilang ditelan bumi, separuh nyawaku ikut berlari bersamamu, pergi

Tentangmu kukubur dalam-dalam, walaupun tak seutuhnya kau hilang dari ingatan

Emosi jiwa terus melanda, tak bisa reda, terus merenda kenangan menghabiskan ruang

Relaksasi tak dapat mengalihkan perhatianku, tetap pada kenangan itu, sialan!

Bagaimana mungkin kuhindari bayangan itu, segala Upaya sudah kucoba, tetap gagal

Arah jalan yang kuambil jangan salah, bisa celaka dua belas kalau salah jalan

Yang harus kujalani, upayakan sadar diri secara terus menerus, ingat pada Yang Kuasa

Arahkan pikiran ke hadapan Yang Kuasa, istighfar dan Shalawat jangan putus, lapalkan

Niatkan dengan tulus, ikhlaskan yang sudah terjadi, semoga mendapatkan yang terbaik

Gantinya tak pernah kita duga, hilang satu tumbuh seribu, hilang satu kesedihan dapat seribu kebahagiaan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun