Dalamnya kenangan membuat tak kuasa melupakan walau sedetik
Alam lama kabayang, tak terhalang ngalangkang, membuat otak menjadi picik
Lamunan sering menggangu, membayangkan masa lalu, padahal membuat sakit
Ada tanya yang tak terjawab, mengapa terjadi padaku, jeritan suara hingga memekik
Makin kelam walau terus kutanyakan pada hati nurani, masalahnya semakin pelik
Ketika dulu kita bertemu, baru kutahu, kau manfaatkan diriku yang lemah ini
Entahlah, tujuanmu dulu apa, aku tak pernah tahu, hingga kau tak punya hati
Namun, setelah berpuluh tahun lamanya, barulah kutahu, kau menyesal sendiri
Alasanmu kini ingin cinta lama bersemi Kembali, tak mungkin kau tlah menyakiti
Nanti kayak dulu lagi, bertemu dan menyakiti lagi, aku merasakan, aku yang tersakiti
Gagalnya merajut kisah cinta bersamamu, bukan keinginanku, tapi niatmu di hati
"Andaikan saja dulu, kau tak berpaling, kita pasti bisa Bersama, sehidup semati"
Naha atuh? Kamu yang sudah berpaling, kenapa aku yang kau tuduh dan hianati?
Serasa dunia ini tak lagi bersahabat denganku, semua yang terlihat seperti seorang munafik
Enyahkan rasa simpatik, berpikiran selalu picik, dan di mata semua yang terlihat itu munafik
Mungkin pikiran yang picik yang berwawasan sempit, menganggap semua orang sama, picik
Untung masih kupunya hati, walau setengah, ada rasa dendam bersemanyam, tak menampik Â
Akhirnya membuatku jadi orang yang kurang peduli, tak punya rasa simpatik
Selama ini, rasa yang kupunya hanya untukmu, tak tersisa sedikit pun, cinta mati
Entahlah, tak tahu harus bagaimana, sementara kau, tak cinta, tak punya hati
Gagahnya kau melengggang meninggalkanku, kau pilih yang lain, kau bawa pergi
Ada rasa penyesalan yang dalam, tak bisa kujawab, masih menggelitik sanubari
Rasanya dunia hilang ditelan bumi, separuh nyawaku ikut berlari bersamamu, pergi
Tentangmu kukubur dalam-dalam, walaupun tak seutuhnya kau hilang dari ingatan
Emosi jiwa terus melanda, tak bisa reda, terus merenda kenangan menghabiskan ruang
Relaksasi tak dapat mengalihkan perhatianku, tetap pada kenangan itu, sialan!
Bagaimana mungkin kuhindari bayangan itu, segala Upaya sudah kucoba, tetap gagal
Arah jalan yang kuambil jangan salah, bisa celaka dua belas kalau salah jalan
Yang harus kujalani, upayakan sadar diri secara terus menerus, ingat pada Yang Kuasa
Arahkan pikiran ke hadapan Yang Kuasa, istighfar dan Shalawat jangan putus, lapalkan
Niatkan dengan tulus, ikhlaskan yang sudah terjadi, semoga mendapatkan yang terbaik
Gantinya tak pernah kita duga, hilang satu tumbuh seribu, hilang satu kesedihan dapat seribu kebahagiaan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H