***
Empat tahun tidak terasa. Nuri yang menjalaninya memang merasakan lamanya waktu, tapi yang merhatiin kayaknya waktu cepet banget lewat. Untungnya Nuri yang kuliahnya tekun hingga semuanya lancar tidak ada halangan, sampai tiba waktunya untuk sidang skripsi yang menunjukkan seseorang akan berakhir masa belajarnya pada strata satu.
Selama empat tahun Nuri hanya pulang delapan kali saja. Karena memang dia pulang kalau libur semesteran saja. Artinya dia hanya punya kesempatan delapan kali saja untuk ketemu sama Arman. Tapi ternyata kesempatan itu tidak pernah dipergunakan oleh Nuri untuk bertemu dengan Arman. Begitu pula Arman. Dia selalu merasa minder. Kepikiran terus andaikan dia harus bersanding dengan Nuri yang seorang sarjana. Sementara dia kerja saja hanya sebagai petugas kebersiha sekolah. Dia selalu mengelak setiap hatinya merasa rindu sama Nuri. Selalu berusaha menghindar jika pikirannya penuh dengan Nuri.
"Ah, jangan sampai aku mempermalukan dia. Aku tidak mau dia sedih karena malu harus menikah dengan aku yang hanya tukang sapunya sekolah SMP. Ya Allah berikanlah jodoh yang layak untuk dia orang yang benar-benar mencintai dan menyayangi dia, pendidikannya, kebaikannya, dan kebahagiannya sejajar dengan dia." Selalu itu yang terucap dari mulut Arman di saat dia kepikiran dengan Nuri.
"Man! Man! Sini dulu sebentar!" kata kepala sekolah langsung memanggil Arman yang lagi asyik istirahat sambil halu.
"Kamu siapkan berkas ya. Nanti akan bapak bawa ke kantor kepegawaian. Siapa tahu ada rejeki kamu menjadi pegawai THL." Kata kepala sekolah Bapak Nurhadi. M.Pd.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H