Mohon tunggu...
Lilis Edah Jubaedah
Lilis Edah Jubaedah Mohon Tunggu... Guru - Guru di SMPN 1 Cilegon

Saya Lilis Edah Jubaedah, Lahir di Purwakarta, 26 Agustus 1965. Pekerjaan saya Guru di SMPN 1 Cilegon. Hobby saya menulis, walapun belum mahir. Konten yang saya sering tulis apa saja yang berhubungan dengan rasa kekhawatiran diri terhadap lingkungan sekitar. Jenis tulisannya ada puisi, cerpen, opini, esai, atau apa saja yg menurut saya cocok dengan kontennya. Tapi hanya sekadar menulis saja.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Cinta Tak Berbalas

24 Oktober 2022   15:00 Diperbarui: 24 Oktober 2022   15:18 255
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Padahal dulu ketika masih bareng, kayaknya nggak ada hari tanpa dia, di mana ada aku pasti ada dia. Walaupun cara kita bercinta berbeda. Tidak pernah pergi ke mana-mana selain belajar di meja belajar dengan model bercinta yang unik. Tapi kami menikmati itu. Kami bisa saling menatap seperti sedang berpikir menemukan cara menyelesaikan tugas, padahal kami menikmati tatapan mata masing-masing.

Kalau sedang nonton tv, pasti tangannya menggenggam tanganku sampai abis film, baru dia lepas. Walaupun kadang-kadang, pulang nonton tv kalau hanya berdua, aku pasti dihadang di lorong, hanya untuk pelukan hangat ucapan selamat tidur, dan tak lupa kecupan tipis yang manis sebagai rasa cinta yang dalam. Kadang-kadang kalau lagi belajar hanya berdua, kakiku diapit dengan kakinya, penuh kehangatan. Itu yang membuat hatiku sakit sesakit-sakitnya. Kenangan itu yang selalu menghantuiku bertahun-tahun lamanya. Tak bisa kugambarkan sakitnya hatiku. Sampai akhirnya dia mengatakan kalau aku pantas menjadi adiknya.

Aku ingat, suatu waktu dia mengatakan bahwa dia ingin kembali menjalin hubungan deganku, ketika itu aku ke rumahnya karena memang adiknya mengirim surat menyuruh datang karena mereka pindah rumah. Waktu selesai makan, dia menyatakan bahwa dia akan kembali padaku.

“Yulis, setelah aku berjalan jauh, ibarat orang berpetualang, berjalan jauh melewati beberapa ‘saung’, tapi aku tidak merasa nyaman di ‘saung-saung’ yang aku lewati, dan yang aku rasa nyaman hanya ‘saung’ yang pertama, yaitu kamu. Bisa kan kita kembali seperti dulu?” katanya waktu itu.

“Maksudnya?” aku pura-pura nggak paham. Hanya ingin dia bicara lebih jelas tentang hubungan kita.

“Ya, maksudnya, aku ingin kita kembali menjalin hubungan seperti dulu. Karena aku hanya merasa nyaman denganmu. Bisa kan?” ucapnya meyakinkan.

“Ya, terserah. Aku ikutan saja.” Jawabku kurang semangat.

“Jangan terserah, setuju nggak?” tanyanya lagi penasaran.

“Ya, kalau memang aku masih berarti di hatimu, aku setuju.” Jawabku datar.

Dari sejak itu, mungkin kita jadi pasangan kekasih lagi. Tapi dia tidak pernah melakukan komunikasi apa pun denganku, dan aku pun tidak begitu memprioritaskan dia lagi. Tugas kuliahku banyak menyita waktu. Hingga aku sudah jarang pergi mengunjungi rumahnya. Selain itu aku sendiri merasa dia tidak sungguh-sungguh padaku. Menurut perasaanku, ketika cinta dibiarkan tumbuh tanpa disiram, pastinya kerdil. Hatiku yakin kalau dia tidak serius, tidak pernah ada perjuangan dari dirinya buat aku. Kenapa harus aku terus yang berjuang mempertahankan cinta ini.  Cintaku diambilnya. Tapi dia hanya ingin menyakitiku.  Tak terasa air mataku menetes hangat dipipi. Hemmm … cintaku hilanglah sudah.

Selama perjalanan menuju Bandung yang memenuhi pikiranku hanyalah rasa penyesalan yang dengan sia-sia mengunjungi rumahnya untuk menuruti keinginan hati tanpa memikirkan perasaan. Sepanjang perjalanan aku tidak menyadari sudah sampai mana atau berada di jalan mana, aku hanya merenungkan tentang nasib cintaku yang bertepuk sebelah tangan. Aku sadar betul kalau cintaku tak berbalas.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun