Mohon tunggu...
Lilik Solekah
Lilik Solekah Mohon Tunggu... Penulis - Ibu Rumah Tangga

Saya ibu dua anak, yang mengabdi pada suami dan orangtua. Keinginan tertinggi berkumpul dengan orang tua, saudara, anak-anak, cucu cicit kakek nenek di surga dan bertetanga dengan Rosulullah.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Aturan Tetang Akhlak

15 Oktober 2023   14:19 Diperbarui: 27 Maret 2024   04:27 117
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ketika orang-orang jahil menyapa mereka, mereka ucapkan kata-kata (yang mengandung) keselamatan", hingga ayat 76, "Mereka itulah orang-orang yang dibalas dengan martabat yang tinggi (dalam surga) karena kesabaran mereka dan mereka disambut dengan penghormatan dan ucapan selamat di dalamnya. Mereka kekal di dalamnya. 

Surga itu sebaik-baik tempat menetap dan tempat kediaman". Kita dapati pula dalam surat al-Isra (17) saat kita membaca ayat 23, "Rabbmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain Dia dan hendaklah kamu berbuat baik kepada ibu dan bapakmu dengan sebaik-baiknya" hingga ayat 37, "Janganlah kamu berjalan di muka bumi ini dengan sombong karena sesungguhnya kamu sekali-kali tidak dapat menembus bumi dan sekali-kali kamu tidak akan sampai setinggi gunung. Semua itu kejahatan yang amat dibenci di sisi Rabbmu". 

Semua ayat yang ada pada ketiga surat tersebut merupakan satu kesatuan yang sempurna dalam menonjolkan sifat-sifat yang beraneka ragam, yang membentuk identitas seorang Muslim dan menjelaskan kepribadian Islam yang khas sehingga berbeda dengan umat yang lain.

Apa yang menarik perhatian kita saat membaca semua ayat tadi?

Kita perhatikan bahwa sifat-sifat akhlak merupakan perintah dan larangan Allah Swt. Sebagian isi ayat-ayat tersebut merupakan hukum-hukum yang berkaitan dengan akidah, sebagian lainnya berkaitan dengan ibadah, muamalah, dan akhlak. Dapat dilihat pula, bahwa isinya tidak terbatas hanya pada sifat-sifat akhlak, tapi juga mencakup akidah, ibadah, muamalah, di samping akhlak. Sifat-sifat inilah yang dapat membentuk kepribadian Islam yang khas. Membatasi pengambilan hukum hanya pada salah satu dari empat unsur ini, seperti akhlak misalnya, berarti meniadakan terbentuknya kepribadian yang sempurna dan kepribadian yang Islami.

Untuk mencapai tujuan akhlak, hendaklah dilandaskan pada fondasi rohani, yakni akidah Islam, serta sifat-sifat ini harus dilandaskan pada akidah semata. Oleh karena itu, seorang Muslim tidak akan memiliki sifat jujur semata-mata karena kejujuran itu sendiri, tetapi karena Allah Swt. memerintahkan demikian. Meskipun demikian, dia tetap mempertimbangkan terwujudnya nilai akhlak ketika berbuat jujur. Dengan demikian, akhlak tidak semata-mata wajib dimiliki karena dibutuhkan oleh manusia, tetapi ia merupakan perintah Allah.

Kemudian, sifat akhlak ini adakalanya diperoleh melalui ibadah, sebagai pelaksanaan dari perintah Allah Swt. dalam firman-Nya, "Sesungguhnya shalat itu mencegah dari perbuatan keji dan mungkar" (QS al-Ankabut [29]: 45). Wajib pula diperhatikan perolehan sifat akhlak dalam muamalah, sesuai dengan sabda Rasul saw., "Agama itu adalah muamalah". Di samping itu, akhlak merupakan sekumpulan perintah dan larangan Allah Swt. yang bisa mengokohkan jiwa seorang Muslim.

Kita melihat sifat-sifat tersebut menyatu satu sama lain, bagaimana kita memilah-milahnya dari unsur-unsur kepribadian seorang Muslim yang lainnya?

Memang benar, sifat-sifat akhlak menyatu dengan aturan hidup yang lain yaitu akidah, ibadah, dan muamalah. Namun, akhlak tetap merupakan sifat-sifat yang berdiri sendiri. Misalnya, seseorang beriman, tetapi dia berdusta sehingga kita melihat bahwa Rasul telah memerintahkan seorang Mukmin untuk menghiasi diri dengan sifat jujur. Terkadang pula seseorang itu melakukan shalat dan melakukan penipuan.

Karena itu, kita melihat Rasulullah memerintahkan Muslim untuk menjauhi perbuatan penipuan dengan sabdanya, "Bukan termasuk golongan kami orang yang suka menipu" atau dalam riwayat lain beliau bersabda, "Barang siapa yang melakukan penipuan tidak termasuk golongan kami". Kadang seseorang itu berbuat khianat, karena itu kita melihat Rasulullah sangat menekankan seorang Muslim untuk memegang amanah ketika bekerja sama dalam perdagangan. 

Dengan demikian, sifat-sifat akhlak yang menyatu dengan aturan hidup lainnya, pada saat bersamaan merupakan sifat yang terpisah dari setiap aturan. Disatukannya akhlak dengan aturan hidup lainnya, maksudnya Islam menghendaki adanya jaminan pembentukan pribadi Muslim yang saleh dan sempurna di atas dasar rohani, yang merupakan pemenuhan terhadap perintah Allah Swt. atau menjauhi larangan-Nya. Hal itu bukan berdasarkan pada manfaat atau mudharat yang ada pada sifat-sifat tersebut.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun