Mohon tunggu...
Lilik Solekah
Lilik Solekah Mohon Tunggu... Penulis - Ibu Rumah Tangga

Saya ibu dua anak, yang mengabdi pada suami dan orangtua. Keinginan tertinggi berkumpul dengan orang tua, saudara, anak-anak, cucu cicit kakek nenek di surga dan bertetanga dengan Rosulullah.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Aturan Tetang Akhlak

15 Oktober 2023   14:19 Diperbarui: 27 Maret 2024   04:27 117
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Hal ini dikembalikan pada realitas bahwa Syariat Islam pada saat mengatur hubungan manusia dengan dirinya melalui hukum syara' yang berkaitan dengan sifat akhlak, tidak menjadikannya sebagai aturan tersendiri seperti halnya aturan ibadah dan muamalah. Akan tetapi, akhlak dijadikan bagian dari perintah dan larangan Allah, untuk merealisasikan nilai khuluqiyah (nilai-nilai akhlak).

Seorang Muslim ketika menyambut seruan Allah untuk berlaku jujur, maka dia akan jujur. Apabila Allah memerintahkannya untuk amanah, dia akan amanah. Begitu pula apabila Allah melarang curang dan berbuat dengki, dia akan menjauhinya. Dengan demikian, akhlak dapat dibentuk hanya dengan satu cara, yaitu memenuhi perintah Allah Swt. untuk merealisasikan akhlak, yaitu budi pekerti luhur dan amal kebajikan. Sifat-sifat ini muncul karena hasil perbuatan, seperti sifat 'iffah (menjaga kesucian diri) muncul dari pelaksanaan shalat. Sifat-sifat tersebut juga muncul karena memang wajib diperhatikan saat melakukan berbagai kegiatan interaksi, seperti jujur yang harus ada saat melakukan jual beli. Meski aktivitas jual beli tidak otomatis menghasilkan nilai akhlak karena nilai tersebut bukan tujuan dari transaksi jual beli.

Jadi, sifat ini muncul sebagai hasil dari pelaksanaan amal perbuatan atau sebagai perkara yang mesti diperhatikan saat melakukan satu perbuatan. Karena itu, seorang Mukmin dapat memperoleh nilai rohani dari pelaksanaan shalatnya, dalam contoh lain, dia memperoleh nilai materi dalam transaksi perdagangannya, serta pada saat yang sama telah memiliki sifat-sifat akhlak yang terpuji.

Seperti apa sifat akhlak yang baik dan yang buruk dalam pandangan syara'?

Allah Swt. telah memerintahkan jujur, amanah, punya rasa malu, berbuat baik pada kedua orang tua, silaturahmi, menolong orang dalam kesulitan, dan sebagainya. Semuanya merupakan sifat akhlak yang baik dan Allah Swt. menganjurkan kita terikat dengan sifat-sifat ini. Sebaliknya, Allah Swt. melarang sifat-sifat yang buruk, seperti berdusta, khianat, dengki, durhaka, melakukan maksiat, dan sebagainya.

Bagaimana menanamkan sifat-sifat baik ini pada jiwa individu dan masyarakat?

Menanamkan sifat-sifat baik pada masyarakat dapat dicapai dengan mewujudkan perasaan-perasaan dan pemikiran-pemikiran Islam. Setelah hal ini terwujud di tengah-tengah masyarakat, maka pasti akan terbentuk pula dalam diri individu-individu. Bagaimana hal itu bisa diwujudkan?

Sebagai langkah awal, harus ada kelompok atau jamaah Islam yang mengamalkan Islam secara keseluruhan, tidak hanya menganjurkan untuk terikat pada akhlak semata. Individu-individu yang ada dalam jamaah itu merupakan satu kesatuan, bukan individu yang terpisah-pisah. Mereka mengemban dakwah Islam di tengah-tengah masyarakat, mewujudkan pemikiran dan perasaan Islam. Apabila demikian, seluruh anggota masyarakat akan memiliki akhlak, setelah mereka berbondong-bondong kembali kepada Islam.

Penjelasan ini menjadikan kita bertanya tentang sifat-sifat yang harus menjadi unsur utama individu?

Ada empat sifat yang wajib dimiliki serta dicapai oleh individu, yaitu sifat-sifat yang menyangkut masalah akidah, ibadah, muamalah, dan akhlak. Empat hal ini tidak boleh dipisahkan pada pribadi seseorang sehingga harus selalu lengkap dan sempurna. Sekalipun hanya satu dari unsur itu yang hilang, maka tidak akan tercapai kesempurnaan pribadi individu. Apabila kita membaca al-Quran pada surat Luqman (31) ayat 13-19 yang dimulai dengan ayat, "Ingatlah ketika Luqman berkata kepada anaknya, saat memberinya pelajaran, 'Hai anakku, janganlah kamu mempersekutukan Allah. 

Sesungguhnya mempersekutukan Allah itu adalah benar-benar kezaliman yang besar' dan diakhiri dengan ayat, "Berbuat sederhanalah kamu dalam berjalan dan lunakkan suaramu. Sesungguhnya seburuk-buruk suara adalah suara keledai". Kita akan mendapati bahwa keempat unsur itu ada di sana. Demikian pula dalam surat al-Furqan (25) ayat 63, "Hamba-hamba yang baik dari Robb yang Maha Penyayang itu (ialah) orang-orang yang berjalan di muka bumi dengan rendah hati. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun