Dalam sebuah artikel, Foxsports, media berita olahraga itu, mengabarkan ungkapan Scaloni akan besarnya peran Messi.
"Leo(nel Messi) adalah pemain terhebat sepanjang sejarah," kata Scaloni, "Ia tak pernah ingin meninggalkan lapangan. Pergelangan kakinya bengkak dan ia ingin terus bermain. Saya suka tipe pemain seperti dia."
Lebih lanjut, Scaloni meyakini bahwa keinginan Messi untuk terus berada di lapangan bukan untuk menunjukkan ego dirinya, melainkan untuk kepentingan tim yang dibelanya.
"He was born to be on pitch," kata Scaloni seolah-olah mengambil kesimpulan atas sejarah kehidupan Messi.
Ini bukan kali pertama Messi menelan rasa kecewa. Dalam partai melawan Peru, pemain berusia 37 tahun itu tak masuk line up lantaran dibekap cedera. Saat itu tak terdengar suara tangis atau sekadar sesenggukan dari luar lapangan.
Bisa jadi emosi yang bermukim di hatinya kala itu tak sebesar tekanan yang muncul di partai terakhir ini.
Ketika Tangis Tertahan Berubah Menjadi Tawa Lepas
Hanya delapan menit menjelang laga usai, senyum mulai merekah di bibir Messi. Supersub Lautaro Martinez yang hanya tampil 23 menit di laga ini menjadi biangnya.
Saat itu Lautaro mengokohkan dirinya sebagai penyerang tersubur Copa America 2024. Gol kelima yang dilesakkannya ke gawang Kolombia menyurutkan ketegangan para penggawa Argentina.
Dan, akhirnya tawa lebar mengubur dalam-dalam kesedihan dan kekhawatiran sang bintang. Peluit panjang yang melengking dari mulut Raphael Claus, wasit asal Brasil itu, membikin suasana tegang yang serasa tak berkesudahan berubah riang seketika.
Trofi Copa America keenam belas bagi La Albiceleste terasa semakin lengkap dengan pencapaian individu beberapa anggota skuad mereka.
Selain Lautaro Martinez yang berhak membawa pulang sepatu emas lambang pencetak gol terbanyak, hadir pula Martinez lainnya, Emiliano. Sungguh pantas kiper Aston Villa itu menyandang predikat penjaga gawang terbaik berkat penampilan gemilangnya yang konsisten sepanjang kejuaraan.