Mohon tunggu...
Liliek Purwanto
Liliek Purwanto Mohon Tunggu... Penulis - penulis

-

Selanjutnya

Tutup

Ramadan Pilihan

Hentikan Matahari agar Aku Bisa Ngobrol dengan Mu

27 Maret 2024   21:14 Diperbarui: 27 Maret 2024   21:23 852
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Betapa serius dampak pengabaian waktu seperti yang diungkapkan sang penulis buku.

Al Qur'an banyak sekali memaparkan pentingnya waktu. Dalam beberapa kesempatan, Allah swt berfirman dengan menyebut kata-kata 'malam', 'siang', 'umur', 'fajar', 'senja', serta 'waktu' dan 'masa' sebagai penunjuk waktu.

Di antara ayat-ayat yang membincang tentang waktu tentu sudah amat kita kenal. Salah satunya terdapat dalam surah Al-'Ashr.

"Demi masa. Sesungguhnya manusia benar-benar dalam kerugian. Kecuali orang-orang beriman dan mengerjakan kebajikan serta saling menasihati untuk kebenaran dan saling menasihati untuk kesabaran."

Cara Para Ulama Mengelola Waktu Mereka

Peran waktu yang amat krusial berlaku bagi semua orang dalam semua sendi kehidupan. Namun, Syaikh Abdul Fattah memfokuskan pembahasan bukunya pada kehidupan para ulama.

Cuplikan kehidupan beberapa ulama dalam urusan penggunaan waktu yang sedemikian ketat barangkali bisa menjadi inspirasi. Berikut ini sebagian dari orang-orang yang sangat peduli akan berharganya waktu.

1. Khalil bin Ahmad yang menyesali waktu makan

Khalil yang disebut-sebut sebagai salah satu ulama paling cerdas sangat menyayangkan waktunya yang "dihabiskan" untuk menyantap makanan.

2. Hasan Al-Bashri yang menganggap manusia sebagai kumpulan hari-hari belaka

Ulama ini pernah mengatakan bahwa manusia hanyalah kumpulan hari-hari. Maka, jika berlalu sebuah hari, berlalu pula sebagian dari diri manusia.

3. Muhammad bin Hasan yang "alergi" tidur

Ulama yang lahir tahun 132 H ini sering tidak tidur malam. Beliau sengaja menaruh tumpukan buku di sisinya.

Tentu saja buku-buku itu tidak dijadikannya sebagai bantal untuk mengalasi kepalanya, melainkan ditelaahnya satu per satu. Beliau mengandalkan air untuk mengusir kantuk yang kadang-kadang mengganggu aktivitasnya berburu ilmu.

Masih banyak cerita-cerita inspiratif tersaji dalam buku ini. Kisah-kisah menakjubkan yang susah ketemu nalar orang-orang awam.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ramadan Selengkapnya
Lihat Ramadan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun