Seorang tukang engsel meyakini bahwa dirinya telah menyelamatkan ribuan karyawan dan keluarga mereka. Bagaimana caranya menyelamatkan hidup banyak orang?
Pekerjaan Pak Lim tampak sangat sederhana. Saban hari, ia berkeliling dari satu kamar ke kamar lainnya. Betul, lelaki itu bekerja di sebuah hotel bintang lima.
Yang dilakukannya "hanya" memeriksa engsel-engsel yang terpasang pada pintu setiap kamar. Ia harus  memastikan pintu-pintu semua kamar berfungsi dengan baik.
Makna Pekerjaan yang Mendorong Semangat Kerja
Pria berusia sekira 60 tahun itu rutin menyelesaikan pengecekan pintu-pintu di 600-an kamar. Ia baru bisa menuntaskan semuanya dalam waktu satu bulan. Lalu, bulan berikutnya mulai kembali dari kamar pertama dengan aktivitas serupa.
Kalau saya, jangankan melakukan pekerjaan semacam itu, membayangkannya saja sudah terasa jemu. Bagaimana mungkin Pak Lim betah bertahun-tahun menjalaninya?
Rasa penasaran mendorong saya bertanya, apa gerangan yang bikin Pak Lim bertahan menjalani pekerjaan membosankan itu selama bertahun-tahun. Coba tebak, apa jawaban yang dilontarkannya?
"Bayangkan jika sebuah pintu tak bisa dibuka saat terjadi kebakaran dan tamu yang berada di dalam kamar tak bisa keluar, apa yang terjadi? Tamu-tamu di sini kebanyakan orang-orang penting, termasuk pimpinan perusahaan besar. Jika terjadi sesuatu pada mereka, mungkin saja banyak orang akan terkena dampaknya, misalnya para karyawan serta keluarga mereka."
Tidak harus dengan konsep yang muluk-muluk, berbekal tindakan sederhana, seorang pegawai bisa berkontribusi besar bagi perusahaan.
Ternyata, rahasia sukses Pak Lim terletak pada caranya memaknai pekerjaan. Berdasarkan penuturannya, dirinya tidak sekadar memperbaiki engsel rusak.
"Saya bertanggung jawab menjaga keselamatan orang-orang penting yang sedang menginap di hotel."
Begitulah sekilas kisah hidup Pak Lim dan pekerjaannya. Kisah inspiratif itu diceritakan oleh James Gwee, seorang pembicara bisnis kenamaan. James memaparkan cerita itu dalam sebuah artikel yang termuat dalam buku Positive Business Ideas (2007).
James menjadikan Pak Lim sebagai contoh seseorang yang selalu bekerja sepenuh jiwa karena sangat menghargai pekerjaannya. Motivator kondang yang bermukim di Singapura itu sedang membahas cara memaknai pekerjaan dalam artikel berjudul "Makna Pekerjaan Anda".
Sebenarnya, kisah-kisah serupa sudah banyak beradar luas. Sebut saja cerita tentang seorang kuli bangunan yang bekerja dalam projek pembangunan gedung pusat perbelanjaan sebagai salah satu contohnya.
Sang kuli tak berkenan disebut hanya bekerja menyusun batu-bata. Ia meyakini dirinya  sedang membangun sebuah gedung yang akan menjadi sarana untuk memajukan perekonomian negara.
Contoh-Contoh Cara Memaknai Pekerjaan
Barangkali kita tidak akan pernah mengungkapkan kalimat "seheboh" ungkapan Pak Lim. Bagi kebanyakan orang, ucapan pria yang amat percaya diri itu terkesan "ketinggian".
Namun, dengan ungkapan-ungkapan yang lebih "merakyat", kita dapat memotivasi diri menggunakan strategi yang dilakukan Pak Lim. Kita bisa ambil beberapa contohnya.
Seorang tenaga pembukuan, misalnya, bisa mengaplikasikan taktik Pak Lim dengan tingkat ekspektasi yang sesuai dengan karakternya. Kalimat-kalimat yang lebih sederhana bisa saja tak kalah digdaya.
"Kalau saya keliru menginput nominal pengeluaran, harusnya jumlah nol-nya tiga tapi terketik enam, bisa jadi Manajer Keuangan malu. Jangan-jangan malah terkena sanksi lantaran dianggap melakukan markup pembelanjaan."
Tindakan menggelembungkan biaya (markup) sangat potensial berbuah petaka. Risikonya menjadi lebih besar karena bukan hanya si pelaku yang bakal merasakan bencana, melainkan orang-orang di sekitarnya bisa ikut terciprat getahnya.
Bahkan, jika kekeliruan input jumlah uang perusahaan itu dianggap kesalahan teknis semata, dampak negatif tetap akan menyertai pihak yang bertanggung jawab. Sedikitnya, teguran lisan pun cukup membikin seseorang gelagapan.
Contoh lain bisa kita temukan pada seorang karyawan bagian pengepakan. Ia memandang pekerjaannya dalam sederet kalimat yang mampu memompa semangat.
"Seandainya banyak orang kecewa karena barang yang dibelinya rusak akibat packing yang tidak bagus, mereka tak akan membeli barang kita lagi. Perusahaan pasti rugi dan mungkin akan mengurangi gaji. Bagaimana saya dan teman-teman karyawan di sini membiayai sekolah anak-anak kami?"
Seseorang tidak harus mengucapkan kalimat "bombastis" semacam ungkapan Pak Lim yang dengan pedenya menyatakan telah menyelamatkan ribuan jiwa manusia.
Keinginan-keinginan sederhana dapat juga mendorong semangat untuk bekerja secara profesional. Misalnya dengan niat menyelamatkan muka atasannya, atau bahkan dirinya sendiri, ia telah melecut semangat kerjanya sedemikian rupa.
Motivasi Tinggi dari Memaknai Pekerjaan Sendiri
Motivasi kerja yang datang dari diri sendiri tentu memiliki kekuatan jauh lebih besar ketimbang dorongan oleh pihak lain. Seorang tukang engsel telah menunjukkan betapa besar pengaruh pandangan dirinya yang positif dalam memaknai pekerjaan yang dijalaninya.
Setali tiga uang dengan petugas pembukuan dan karyawan bagian pengepakan. Mereka bakal mendapatkan semangat kerja berlipat jika berhasil meyakinkan diri sendiri akan strategisnya pekerjaan yang mereka emban.
Saat kepala pening menghadapi beban berat di tempat kerja, tak ada salahnya mencoba resep racikan Richard Carlson untuk mengatasinya.
Beda halnya bila dorongan semangat datang dari orang lain, misalnya pimpinan perusahaan. Dorongan semacam ini kemungkinan tak akan memberi dampak sebesar motivasi yang berasal dari dirinya sendiri.
Nah, dari sini kita bisa melihat pentingnya memaknai pekerjaan secara positif untuk memotivasi diri sendiri.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI