Semakin hari, jumlah pengakses internet di Indonesia semakin menggila. Melalui survei yang dilakukannya, Asosiasi Penyelenggara Internet Indonesia (APJII) mencatat lebih dari 215 juta jiwa penduduk Indonesia telah mengakses internet pada awal tahun 2023 ini. Angka sebesar itu merupakan 78% lebih populasi penduduk Indonesia.
Dari tahun ke tahun, jumlah pengguna internet selalu meningkat cukup besar, sekira 15% per tahun.
Bukan hanya frekuensinya, durasi menyambangi internet warga +62 pun luar biasa. Hasil survei Kominfo bersama Katadata Insight Center menyatakan bahwa 26% penduduk Indonesia mengakses internet lebih dari enam jam sehari.
Sementara itu 17% di antaranya, dalam sehari mengakrabi internet selama 4 hingga 6 jam. Jadi, 42% orang Indonesia tak lepas dari cengkeraman internet lebih dari 4 jam per hari.
Data yang tersaji di atas memang tidak menggambarkan secara langsung hubungan antara kebiasaan mengakses internet dengan jumlah pembeli buku. Namun, banyaknya penduduk yang mengakses internet dengan durasi yang panjang bisa menjadi pasar dagangan daring yang potensial.
Perubahan kebiasaan membaca
Tak bisa dimungkiri, makin ke sini pemandangan orang membaca buku makin sepi. Pemandangan yang acap kita saksikan sekarang adalah wajah-wajah yang menunduk memandangi gawai dalam genggaman tangan.
Bisa jadi mereka sedang membaca artikel, berita, atau menonton video atau sekadar melirik pesan singkat. Apa pun bentuk kegiatan orang-orang itu dengan gawai kesayangan mereka, tentu ada di antaranya yang menjadi pesaing buku.
Jadi, meskipun mungkin tidak banyak, tangan yang hampir selalu menggenggam gawai tentu saja tak lagi bisa digunakan untuk memegang buku. Tak pelak, "membaca" gawai pun menjadi ancaman bagi keberlangsungan "kehidupan" buku.
Nah, kondisi-kondisi demikian, ditambah biaya operasional yang makin mahal, mendorong sejumlah toko buku berkemas sebelum benar-benar terjungkal.
Nggak Taunya, Kita Bisa Terbawa-bawa
Sedihnya, saya menjadi bagian dari penyebab toko-toko buku merugi. Bagaimana ceritanya?