Mohon tunggu...
Liliek Purwanto
Liliek Purwanto Mohon Tunggu... Penulis - penulis

-

Selanjutnya

Tutup

Hobby Pilihan

Ketika Anak IPS Berani Menerima "Order" Service Laptop

18 Mei 2020   06:36 Diperbarui: 18 Mei 2020   06:47 264
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Menjaga kepercayaan orang itu pekerjaan amat berat, maka peliharalah ia sebelum orang tak lagi memercayai kita."

Yang namanya anak IPS itu ya kebanyakan seperti saya ini. Jangankan membongkar komputer atau alat elektronik lainnya, melihat lilitan kabel warna-warni aja sudah pening kepala. Bagaimana pula jika harus mengutak-atik berbagai komponen elektronik yang bentuknya aneh-aneh itu?

Namun kondisi kepepet seringkali mendatangkan kreativitas, atau setidaknya menambah keberanian, atau bahkan mewujudkan kenekatan. Ketika pandemi virus Corona dan pelbagai pembatasan dan kewaspadaan memenjarakan badan, tinggal di rumah adalah pilihan yang paling aman. Persoalan-persoalan yang timbul sedapat mungkin diselesaikan di rumah saja.

Dipepet oleh Kebutuhan dan Keadaan

Mulanya, sejak diberlakukannya social distancing, kebutuhan laptop meningkat di rumah kami hingga membuat alat pintar itu menjadi barang langka. Kemudian muncul semacam gagasan untuk mencoba menggunakan netbook bulukan yang akhirnya bisa saya fungsikan kembali meskipun dengan banyak keterbatasan. Kisahnya telah saya tuturkan dalam "Bila Seorang Penulis Tak Bisa Menyelesaikan Tulisannya".

Memang tidak semua permasalahan si laptop kecil nan butut itu teratasi meskipun sudah coba direparasi beberapa kali, seperti kondisi papan ketik (keyboard) yang tetap tak membaik. Namun "kisah keberanian" saya mencongkel-congkel komputer mini itu mendatangkan rasa percaya diri yang lumayan tinggi. Setidaknya kini saya bisa mengatakan kepada dunia, "Ini lho saya, berani membongkar laptop."

Namun mohon tetap diingat, saya hanya sedikit paham cara membongkar. Kalau soal mbalikin-nya ya jelas nggak ada jaminan.

Ternyata, kisah utak-atik laptop itu berlanjut. Beberapa waktu berikutnya, sejumlah "pasien" mendadak mengantre di depan saya, seseorang yang pura-pura menjadi montir yang sangat amatir. Bukan datang dari mana-mana, sih. Cuma pasien dalam negeri, yakni peralatan milik anggota keluarga sendiri.

Pasien pertama, sebuah laptop yang biasa digunakan anak perempuan saya menyalurkan hobinya menulis cerita dan membikin komik. Mungkin si laptop sudah terlalu penat karena makin jarang beristirahat. Maka, layarnya enggan memunculkan gambar atau tulisan apa pun selain kalimat dalam bahasa Inggris yang menyatakan bahwa dirinya dalam kondisi sakit.

Jika dalam situasi normal, saya tak kan berani menyentuh laptop ini. Bukannya si laptop menjadi baik, bisa jadi malah komplikasi. Biasanya saya hanya akan menawarkan satu solusi, "Nanti kita bawa ke tukang service ya, Nak."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hobby Selengkapnya
Lihat Hobby Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun