Sebagai contoh kasir mini market yang mengganti uang kembalian dengan memberikan permen kepada pembeli. Karena uang kembalian tidak seberapa besar nilainya, maka pembeli menerima saja bentuk pengembalian kelebihan pembayaran yang tidak sesuai dengan ketentuan itu.
Contoh lain masih berkaitan dengan uang kembalian. Tak jarang kasir "menawarkan" kepada pembeli untuk menyumbangkan uang kembalian sebagai sumbangan untuk sebuah program atau kegiatan. Kebanyakan orang tak ingin berlama-lama dan mengiyakan saja.
4. Munculnya perasaan tidak tega
Perasaan yang satu ini bisa mencuat ketika seorang pembeli berhadapan dengan seorang penjual dengan kondisi yang menimbulkan rasa iba. Misalnya saja seorang ibu rumah tangga yang membeli sapu lidi kepada seorang penjual peralatan rumah tangga yang memanggul dagangannya dengan berjalan kaki. Apalagi jika penjualnya seorang bapak yang sudah tua.
Dalam keadaan seperti ini, sangat mungkin seseorang lebih mengedepankan hati nurani ketimbang hak-haknya yang mungkin tak bisa dipenuhi. Ada yang menerima saja kualitas barang yang seadanya. Ada pula yang merelakan uang kembalian yang seharusnya ia terima sebagai haknya.
Sebab kita bukan semata-mata makhluk ekonomi, sudah sepatutnya kita juga memilah-milah kapan harus menghitung untung-rugi dan kapan waktunya mengutamakan perasaan hati.
Referensi:Â ylki
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H