Mohon tunggu...
Liliek Purwanto
Liliek Purwanto Mohon Tunggu... Penulis - penulis

-

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

Persoalan UKM Tidak Selalu Terkait dengan Modal dan Manajemen yang Rumit

2 Desember 2019   16:33 Diperbarui: 3 Desember 2019   13:34 203
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi: Festival SRC Indonesia di Semarang, 24 November 2019, dokpri.

Membayangkan sebuah usaha kecil atau rumahan, tak pelak akan terbetik dalam pikiran bahwa persoalan yang mereka hadapi tak akan jauh dari urusan kekurangan modal dan minimnya kemampuan manajemen usaha. Dalam kenyataannya, apakah benar demikian?

Bisa jadi, manajemen dan permodalan yang lemah menjadi batu sandungan usaha yang kebanyakan berskala rumah tangga ini. Namun bisa jadi juga persoalan-persoalan yang berkaitan dengan hal itu bukan satu-satunya masalah yang dihadapi para pelaku usaha skala kecil yang biasa disebut sebagai UKM.

Festival yang Membuahkan Rekor MURI
Minggu pagi tanggal 24 November 2019, cuaca yang sangat cerah menyelimuti kota Semarang. Matahari bahkan terkesan cukup  garang memancarkan sinarnya yang menyengat ke daratan ibu kota Jawa Tengah.

Namun teriknya sengatan sang surya tak menyurutkan minat lebih dari 4.000 manusia untuk membanjiri Stadion Diponegoro. Stadion yang berlokasi tak jauh dari Simpang Lima itu kali ini menjadi ajang acara bertajuk "Festival SRC Indonesia". Dan kota Semarang dipilih sebagai pemula gelaran acara ini di provinsi Jawa Tengah.

Lebih dari empat ribu pengunjung festival yang rencananya akan rutin digelar ini menghasilkan satu rekor baru yang dicatat MURI. Pengumpul sekitar 9.300 rekor dari pelbagai penjuru Indonesia itu pun mengumumkan terbitnya satu rekor baru dari acara ini, yakni jalan santai pertama dengan pendaftaran menggunakan botol bekas.

Acara ini diawali dengan jalan santai dari Stadion Diponegoro dan berakhir di tempat yang sama. Kemudian diikuti beberapa sambutan, pembagian doorprize dan tentu saja sajian utamanya pedangdut kaliber nasional, Via Valen.

Lantas, apa sebenarnya tujuan diselenggarakannya pergelaran festival ini? Anthony Limantara yang biasa dipanggil Pak Tony, Manager Commercial Strategy SRC, memberikan penjelasan mengenai hal ini.

Menurut Pak Tony, ada tiga tujuan yang hendak dicapai dengan menggelar acara Festival SRC Indonesia di berbagai kota di Indonesia.

Pertama, SRC ingin meningkatkan awareness masyarakat terhadap keberadaan toko-toko SRC karena selama ini belum banyak orang tahu dan paham akan keberadaan toko-toko kelontong yang telah dijalankan dengan manajemen yang modern ini.

Ucapan Pak Tony terbukti dengan adanya ungkapan beberapa orang yang hadir. Beberapa orang mengatakan bahwa mereka melihat beberapa toko kelontong yang tampak rapi dan modern tetapi tidak mengetahui bahwa toko-toko itu merupakan toko SRC.

Kedua, SRC ingin memberikan apresiasi bagi sekitar 17.000 SRC, dan khususnya 3.700 toko terbaik di antaranya. Apresiasi dimaksud diberikan dengan mengundang toko-toko terbaik untuk hadir dalam acara festival dengan berbagai hiburan dan hadiah-hadiah menarik.

Ketiga, SRC juga ingin menunjukkan bahwa mereka telah melakukan tindakan nyata bekerja sama dengan pemerintah melalui Dinas terkait untuk memajukan UKM.

Awareness adalah Kata Kuncinya
Masih menurut Pak Tony, ada dua hal penting yang menjadi persoalan UKM sepanjang pantauan yang dilakukannya selama menjalankan program SRC. Kedua persoalan penting itu adalah masalah awareness dan manajemen.

Awareness dalam hal ini bisa diterjemahkan sebagai minimnya pengetahuan dan perhatian masyarakat akan keberadaan usaha-usaha kecil di sekitar mereka. Hal yang sama seperti yang dijelaskan oleh Ibu Ema Rachmawati, Kepala Dinas Koperasi dan Usaha Kecil & Menengah Provinsi Jawa Tengah dalam kesempatan terpisah.

Masalah berikutnya terkait dengan manajemen toko yang masih bersifat sederhana. Pak Tony mencontohkan masih minimnya kemampuan mengatur persediaan seperti menentukan stok barang slow moving dibandingkan stok yang fast moving. Contoh lain yang dikemukakannya terkait dengan penampilan yang bisa memengaruhi kredibilitas toko, misalnya penjaga toko yang melayani pelanggan dengan mengenakan singlet.

Hal-hal sederhana semacam itulah yang menjadi fokus perhatian SRC dalam upaya pembenahan usaha-usaha kecil yang bertebaran di masyarakat.

Selain pembenahan manajemen toko dan digitalisasi, SRC juga akan membantu pengusaha kecil dalam berbagai hal. Sebagai satu contoh, SRC telah menggaet BNI untuk membantu UKM berkaitan dengan urusan keuangan. Dalam hal ini SRC bisa memfasilitasi UKM yang ingin mengakses perbankan dalam hal pembukaan rekening dan pengajuan kredit.

Menjelang tampilnya hiburan utama acara ini, Pak Tony menyampaikan harapannya terkait dengan program SRC. Ke depannya ia mengharapkan toko-toko SRC menjadi lebih baik dan lebih dikenal masyarakat. Kemajuan toko-toko SRC yang merupakan salah satu perwujudan usaha kecil masyarakat juga menjadi bentuk kepedulian untuk menjadikan Indonesia yang lebih baik.

Persoalan Manajemen yang Sederhana
Mendekati jam 11 siang, saya mendatangi lapak "Pempek Kamsoli ". Saat saya tiba di stan, pemilik usaha sedang berbenah hendak menutup lapak. Padahal hari masih sepagi itu, dan acara hiburan pun baru akan dimulai. Namun seluruh persediaan pempek yang diangkut Ibu Artanti ke Stadion Diponegoro Semarang di Minggu pagi itu telah ludes dibeli orang.

Ibu Artanti Wulan Sari, seorang pelaku usaha rumahan mempunyai pengalaman unik yang bisa menjadi pelajaran bagi siapa pun pelaku atau pembina UKM. Saat saya menanyakan persoalan besar yang sering dialami oleh dirinya dan juga para pelaku bisnis kecil di sekitarnya, wanita yang berasal dari Palembang itu memberikan jawaban di luar dugaan saya.

Semula saya mengira bahwa persoalan permodalan dan sulitnya akses untuk mendapatkannya akan meluncur sebagai jawaban yang akan disampaikannya. Pun saya menduga urusan manajemen yang rumit-rumit semacam pengelolaan persediaan, pencatatan keuangan dan yang semacamnya akan menjadi keluhannya.

Namun ternyata bukan itu jawaban yang dikemukakannya. Ibu Artanti justru menceritakan sebuah pengalaman tak terduga yang diperolehnya kala mengikuti sebuah pelatihan yang diadakan oleh Dinas Koperasi dan UKM.

Ilustrasi: Ibu Artanti dan Bapak Dedi, pemilik usaha
Ilustrasi: Ibu Artanti dan Bapak Dedi, pemilik usaha
Persoalan yang mendera banyak UKM, menurut Ibu Artanti lebih didominasi masalah efisiensi kerja yang belum tertata. Dan pelatihan yang pernah didapatnya telah membuka mata para peserta.

Perbaikan-perbaikan kecil yang dilakukan bisa berdampak sangat besar terhadap proses produksi dan layanan. Dalam kesempatan wawancara yang saya lakukan, Ibu Artanti memberikan sebuah contoh.

Penataan peralatan masak yang lebih baik nyatanya mampu meningkatkan frekuensi order barang. Dan penataan yang harus dilakukan sebenarnya tidak membutuhkan keahlian atau pengetahuan yang mahal. Hanya dengan mengatur ulang panci-panci dan peralatan dapur lainnya, agar mudah dijangkau oleh tangan-tangan pekerja, waktu yang dibutuhkan untuk proses produksi dapat ditekan menjadi jauh lebih singkat.

Sebuah upaya yang tak terlalu sulit untuk dilakukan, tetapi banyak pelaku usaha yang tidak menyadari akan adanya persoalan yang tampak sepele ini.

Barangkali, sebelum sampai kepada persoalan-persoalan yang lebih berat dan memerlukan daya dan biaya yang jauh lebih besar, para pelaku usaha dan pihak terkait lainnya bisa memulai pembenahan UKM dari yang kecil-kecil semacam ini.

Permasalahan manajemen dan permodalan tentu sangat penting untuk diperhatikan. Namun bila ada usaha perbaikan yang lebih mudah dan lebih murah untuk dilakukan, mengapa tidak.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun