"Apa maksud kau?" tanya Binsar.
"Tadi kan sampeyan bilang warungnya dekat kali. Kalinya kan di sebelah selatan, bukan sebelah barat."
Keduanya lantas beradu urat mempertahankan pendapatnya masing-masing. Tak ada yang mau mengalah karena keduanya merasa benar.
Setelah sekian lama debat kusir tiada akhir, baru terkuak persoalan yang sebenarnya sedang menimpa dua orang teman saya itu. Si Binsar mengatakan warungnya dekat kali bukan karena berada di sebelah atau sekitar kali alias sungai. Namun yang dimaksudkannya adalah dekat sekali alias deket banget. Memang begitulah gaya bahasa Batak.
Sementara itu si Yanto ngotot  mengartikan dekat kali adalah berada di sekitar sungai. Dalam pikirannya yang terlintas adalah Selokan Mataram, sebuah kali atau sungai kecil di kota Yogya yang berada tak jauh di arah selatan dari tempat kos kami.
Padahal, sekarang justru banyak tempat makan dekat sungai atau malahan di atas sungai atau danau yang menu dan suasananya menguras isi kantong. Tentu tak cocok untuk mahasiswa sekelas kami kala itu. Maklum, tujuan orang makan tidak selalu untuk mengenyangkan perut.
Jika Mau Naik Kereta, di Mana Stasiunnya?
Kisah berikut ini masih menyangkut kawan kami Binsar. Kali ini kami sedang antre kamar mandi di pagi hari. Si Binsar yang telah dijemput seorang kawannya tampak tak sabar.
"Ayo cepatlah, kawan. Sudah terlambat aku ini!" kata Binsar sembari sedikit menggedor pintu kamar mandi.
"Emang mau ke mana, sih?" tanya saya.
"Eh, tanya atau meledek ini. Ya, kuliah lah." Jawabnya agak sewot.