Setelah membaca kalimat berikutnya, saya baru memahami maksud permintaan maaf mereka. Dalam ucapan selanjutnya, mereka menjelaskan bahwa mobil yang rusak telah dibereskan sendiri dan tidak perlu dibawa ke bengkel untuk diperbaiki. Dan yang lebih menenteramkan hati saya, perbaikan itu tidak memerlukan biaya. Rupanya bumper yang awalnya kami duga rusak, ternyata hanya lepas bautnya.
Mendapati kenyataan yang menyenangkan itu, saya segera menyampaikan ucapan terima kasih atas keramahan dan kebaikan mereka. Saya pun kembali meminta maaf atas keteledoran saya yang menyebabkan kerepotan bagi mereka.
Belum usai cerita hingga di sini. Suami istri itu, yang diwakili oleh sang istri, kembali memberikan kejutan yang membahagiakan. Dengan bahasa yang sangat halus, ia memberikan alamat kediaman mereka dan menawarkan kepada kami untuk singgah ke sana suatu saat nanti. Sungguh, sebuah tawaran persaudaraan yang sangat simpatik. Tentu saja semakin tinggi saya menaruh hormat kepada mereka.
Kita tahu bahwa saat ini kita hidup di tengah rimba caci maki dan berbagai ungkapan kebencian yang meruak di dunia nyata dan terutama di dunia maya. Namun di antara kita masih tersisa orang-orang berhati baik, bertutur kata santun dan menyejukkan, mudah memaafkan dan berprasangka baik terhadap orang lain.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H