Cagar alam seluas 90 ribu hektar ini menyimpan kekayaan alam yang mengagumkan. Hutan ini memiliki beberapa jenis fauna langka seperti Kuskus, Boti, Bluwok dan Biawak. Di sana juga terdapat banyak macam tanaman yang jarang ditemukan di lokasi lain seperti Uru, Ponto, Jabin, Pude dan lainnya.
Peserta terheboh tentu saja Anggi. Mahasiswi penggila medsos ini ditemani adik angkatannya, Kanaya, yang fobia terhadap alam liar dan kegelapan. Persahabatanlah satu-satunya alasan Kanaya berada di tempat ini. Namun, mobil yang mogok mengubah keceriaan Kanaya menjadi pendiam dan gampang panik.
Dalam situasi yang menegangkan, Anggi tetap sibuk dengan kameranya. Bahkan suasana mencekam dijadikannya obyek liputan. Ia merekam wajah putus asa Pak Her, kesibukan Mbak Prita merawat Kevin, termasuk Kanaya yang selalu menyalakan senter dari ponselnya meskipun baterai tinggal bersisa 10%.
"Aduh!" Mendadak terdengar teriakan Anggi dari balik rerimbunan perdu. Aku berlari ke arahnya. Anggi terduduk mengernyih sembari memegangi pergelangan kaki kirinya.
"Aku tergelincir, Mas," katanya lirih. "Gara-gara itu!" Ia menunjuk ke atas pohon. Saat kutengadah, tampak Kuskus dengan mata yang terus mengawasi kami. Itulah mula pertemuanku dengan si Kuskus.
Arloji di tanganku mengabarkan, sekarang sudah jam 17.45. Lima belas menit berlalu dan kami belum merencanakan apa pun.
Aku mengulik daftar kontak di ponselku, mencari kenalan yang bermukim di sekitar hutan ini. Kutemukan nama Pak Has, penjaga hutan, dan Yus, teman lamaku yang tinggal di kota kecamatan. Alhamdulillah, mereka bersedia menolong. Pak Has sudah hafal setiap jengkal wilayah ini sehingga tidak kesulitan memahami petunjukku. Sementara itu, untuk Yus, aku akan minta bantuan Mbak Prita, satu-satunya anggota rombongan yang bisa mengakses internet, untuk share location.
Kami bergegas menemui rombongan. Kulihat Mas Lukman sibuk menenangkan orang-orang. Aku mengajak semua orang membicarakan jalan keluar atas masalah ini. Selepas membuka diskusi, aku menceritakan hasil perbincanganku dengan Pak Has dan Yus, sekalian minta bantuan Mbak Prita.
"Mohon masukan, apa yang harus kita lakukan," kataku mencoba melibatkan semua anggota rombongan.
"Kita harus membagi tim," ujar Mas Lukman gembira mendapatkan kesempatan bicara, "Siapa yang berangkat ke kota, siapa ke pondok dan siapa yang tinggal di sini."