Untuk bebas dari masalahnya, Harry Potter sungguh-sungguh belajar ilmu sihir. Sebab yang akan dia lawan adalah Voldemort, seorang ahli sihir kawakan.
Hingga akhirnya, tidak ada pilihan lain untuk Harry Potter. Dia bertemu empat mata dengan Voldemort. Mereka bertarung sengit.
Pertarungan itu berlangsung lama. Harry Potter kalah, lalu hampir menang. Setelah itu Harry Potter kalah lagi, tapi menang sedikit.
Adegan itu berulang terus. Sampai di titik Harry Potter kehilangan harapan. Dia mengerahkan seluruh kekuatan dan pengetahuannya.
Mengejutkan! Harry Potter menang! Voldemort, si penyihir terhebat dan ditakuti seantero, kalah telak oleh seorang remaja.
Begitu pula dengan perempuan. Masalah perempuan hanya dapat diselesaikan oleh perempuan itu sendiri.
Jika seorang perempuan tidak mau bertarung untuk dirinya sendiri, siapa yang dapat menjamin kesejahteraannya terus menerus?
Begitupun saat menghadapi isu krisis energi dan pangan. Tidak mungkin semua perempuan menjadi minimalis dan vegetarian.
Setiap perempuan hendaknya mencari jalannya masing-masing. Berlainan cara, yang penting hemat energi dan pangan.
Kunci menghadapi masalah apapun adalah tetap tenang. Di dalam hati yang tenang ada kekuatan untuk menghadapi tantangan apapun. (*)
Jangan takut tumbuh perlahan, takutlah hanya berdiri diam. (Pepatah Cina Kuno)