Faktor yang menyebabkan iman rusak adalah 'hujan', 'banjir', dan 'angin'. Hujan adalah masalah di luar dugaan, di luar perkiraan, atau di luar kemampuan. Banjir adalah air gesekan-gesekan yang timbul dalam kehidupan sehari-hari dan mempengaruhi mental. Angin adalah masalah-masalah ringan hingga berat, sebagai resiko yang harus ditanggung akibat pilihan-pilihan yang dibuat.
"that no one be moved by these afflictions. For you yourselves know that we are destined for this."
ESV, Thessalonians 3 : 3
Jagalah iman. Menerima keadaan apapun apa adanya. Tenang, netral dan jernih berpikir. Jaga kekudusan hidup dan mendekat pada Tuhan.
Bersyukur Menghidupkan Pengharapan
Mengucap syukur dalam keadaan baik. Mengucap syukur dalam keadaan buruk.
Mengucap syukur membangkitkan kekuatan untuk sabar menderita sengsara.
Bersyukur menimbulkan kesadaran bahwa seseorang memiliki sesuatu yang lebih baik dari sebelumnya. Bahkan mendorong seseorang menjangkau hal yang lebih baik lagi. Sederhananya, bersyukur membuat seseorang memiliki pengharapan untuk hari esok yang tidak pasti.
Pengharapan ibarat jangkar yang kuat. Menahan seseorang agar tidak terbawa arus ombak. Sehingga orang ini mampu menjalani misi hidup dan mencapai visi hidupnya.
"We have this as a sure and steadfast anchor of the soul, a hope that enters into the inner place behind the curtain,"
ESV, Hebrew 6 : 19
Saat-saat ini dapat dikorelasikan sebagai 'masa kematian'. Akibat 'penutupan', bukan hanya membuat suatu negara terisolasi. Namun berakibat pada banyak sektor. Dengan kata lain, 'penutupan' mematikan beragam aktivitas.
Penutupan industri, akibatnya banyak orang kehilangan pekerjaan. Penutupan sekolah, menyebabkan siswa atau mahasiswa harus belajar online. Penutupan kantor, membuat karyawan harus bekerja dari rumah.
Melonjaknya kasus Covid-19 di Jawa Timur (20/5), membuat banyak orang terhenyak. Seakan-akan virus Corona mustahil ditaklukkan. Masalah kesehatan jadi isu tak terpecahkan. Tetapi, tetaplah berharap.
"... how could you ever could given up in believing in the magic of life."
Rhonda Bryne dalam The Magic