Bijak Healthcare di Tengah Ketidakpastian (Bagian 2)
Anggaran terbesar kedua adalah kesehatan. Dana kesehatan preventif saya alokasikan untuk membeli vitamin dan suplemen makanan. Dana preventif sengaja dialokasikan sebab sakit itu sangat mahal. Sehingga saya menganggap tindakan pencegahan adalah payung kesehatan.
Baca juga:
Berkebun menjadi pilihan untuk menghemat beban pengeluaran. Pertama, berkebun itu murah. Dapat dilakukan dengan sedikit biaya atau tanpa biaya. Yang diperlukan hanya tekad, konsistensi, bibit dan 'mau kotor'.Â
Kedua, berkebun dapat dilakukan pada lahan sempit. Apalagi menanam sayuran. Ketiga, ada banyak jenis sayuran yang mudah ditanam. Misalnya saja, bayam, oyong, pare, timun, sawi, labu, ginseng, pepaya jepang, dan lainnya.
Itulah cara pasif saya bertahan dan melindungi keluarga dari krisis. Mengontrol aliran uang keluar, hidup hemat, dan hidup sederhana. Hanya membeli barang-barang yang dibutuhkan serta membatasi anggaran pokok untuk 2 item penting.
Secara aktif, saya memilih bersyukur dan menikmati krisis sambil berjuang. Memulai usaha kecil tanpa modal dan sesekali ada pekerjaan sampingan, semua itu berkat kemurahan Tuhan.
Dana Darurat
Istilah emergency fund atau dana darurat, kerap muncul di berbagai media saat krisis. Ini menimbulkan rasa ingin tahu, apa sih dana darurat itu. Ternyata dana yang dipersiapkan untuk menghapi masa-masa yang tidak pasti. Misalnya saja sakit, kehilangan pekerjaan, perang, krisis dan sebagainya. Atau bisa juga disebut dana cadangan.
Syarat dana darurat adalah mampu mencukupi kebutuhan hidup untuk beberapa bulan hingga satu tahun. Dana ini harus terpisah dari sumber keuangan harian. Sifatnya harus mudah diambil ketika dibutuhkan tiba-tiba.
Topik ini saya angkat sebab sejauh ini saya belum memiliki dana darurat. Dapat bertahan di saat krisis adalah suatu mujijat. Semata-mata karena kemurahan Tuhan. Sehingga dana darurat adalah agenda yang harus diperhatikan dan saya kerjakan.