Mohon tunggu...
Lilia Gandjar
Lilia Gandjar Mohon Tunggu... Tutor - Penikmat aksara dan pencinta kata-kata.

Penyuka dunia tulis menulis.

Selanjutnya

Tutup

Financial Artikel Utama

Saya Kira Hemat, Ternyata Miskin

18 Mei 2020   06:00 Diperbarui: 19 Mei 2020   04:31 1970
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kalap berbelanja menimbulkan jumlah 'permintaan barang' menjadi tidak rasional. Jumlah 'permintaan barang' yang tinggi dan 'ketersediaan barang' yang rendah menyebabkan inflasi. Dengan kata lain, harga menjadi tinggi.

Berdasarkan hukum 'permintaan barang' dan 'ketersediaan barang', jika ingin harga turun, maka kurangilah 'permintaan barang'. Begitu pula sebaliknya, jika ingin harga naik, maka perbanyaklah 'permintaan barang'. Sehingga, dengan mengurangi belanja dan hidup hemat, saya absen memberi andil pada jumlah 'permintaan barang'.

Bayangkan jika 4,9 juta orang Indonesia melakukan hal yang sama. Hidup hemat. Sedangkan hemat produksi tidak dapat dilakukan oleh industri. Mereka harus memproyeksikan jumlah barang produksi terhadap Return of Investment. 

Maka dampak dari hidup hemat adalah kita akan menikmati parade diskon. Asalkan pikiran tetap jernih saat belanja dan membeli apa yang diperlukan, pesta diskon akan kontinu.

Saya selalu membuat rencana belanja dan patuh pada daftar belanja. Kadang ini membuat putri semata wayang kecewa. Namun, merencanakan belanja adalah upaya mendidik anak untuk membeli apa yang dibutuhkan, bukan yang diinginkan. Selain itu, mematuhi rencana belanja juga mengajarkan anak untuk berbesar hati ketika tidak mendapatkan keinginannya.

Bukan hanya blog-walking, tapi untuk mendapat harga yang termurah, saya melakukan shop-walking. Hanya membeli barang yang 'benar-benar' diskon. Itu yang saya terapkan ketika belanja dalam jumlah besar. Sehingga jumlah uang yang dihemat lumayan besar, tetapi kuantitas barang yang didapat banyak. 

Tidak jarang saya pun berburu produk alternatif agar mendapat harga yang paling murah. Namun tetap memperhatikan kualitas produk. Caranya dengan mengecek tabel komposisi.

Anggaran dana terbesar, saya alokasikan pada makanan. Penghematan dapat dilakukan pada beragam barang. Barang tersier bahkan dapat diabaikan, tapi makanan harus dibeli. Sebab makanan adalah salah satu faktor resiko kesehatan tertinggi. Faktor lainnya adalah kebahagiaan.

Saya hidup dengan anak berusia 7 tahun. Dimana makanan menjadi salah satu faktor kebahagiaan dan kepuasan hidup anak-anak. Untuk tetap sehat, saya memilih nutrisi yang seimbang. 

Memilih beragam makanan dan memvariasikannya. Dengan membeli bermacam-macam makanan yang berbeda dari waktu ke waktu, maka kebutuhan gizi kami tercukupi.

Baca juga:

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Financial Selengkapnya
Lihat Financial Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun