Dalam jurnal Dedih Nur Fajar Paksi (2021) menyatakan bahwa di dalam mata manusia terdapat dua sel fotoreseptor untuk mengubah cahaya menjadi sinyal saraf. Bentuk sel ini adalah batang dan kerucut. Sel yang berbentuk batang cenderung tidak peka terhadap warna dan bekerja di ruangan minim cahaya. Sedangkan sel yang berbentuk kerucut cenderung lebih peka terhadap warna dan bekerja di ruangan dengan pencahayaan baik. Dapat disimpulkan bahwa dalam keadaan gelap sel fotoreseptor berbentuk batang lebih mendominasi digunakan dibanding sel fotoreseptor berbentuk kerucut. Sehingga ketika malam hari cenderung lebih sulit mengidentifikasi warna.
Â
D. PENGLIHATAN MANUSIA BERDASARKAN PENCAHAYAAN
Menurut Andriyanto Wibisono (2009) dalam jurnalnya yang berjudul "Hubungan antara Penglihatan, Pencahayaan, dan Persepsi Manusia dalam Desain Interior" mengatakan bahwa semakin banyak manusia menangkap cahaya mata semakin mudah lelah akibat akomodasi yang dilakukan oleh mata. Umumnya manusia akan memilah penglihatannya dengan beberapa urutan. Di urutan pertama yakni lightness atau terang gelap. Manusia biasanya akan mempunyai kesan tertentu setiap melihat ruangan. Namun suatu ruangan dapat terlihat apabila pencahayaan di ruang tersebut memadai (tidak terlalu terang dan tidak terlalu gelap). Apabila cahaya yang masuk terlalu banyak atau terlalu sedikit akan mempengaruhi penglihatan manusia. Lalu di urutan kedua yakni color atau warna. Setelah manusia menyesuaikan terang dan gelap dalam suatu ruangan manusia cenderung memberi persepsi terhadap warna yang membentuk ruangan tersebut. Berdasarkan pernyataan diatas menyatakan bahwa pencahayaan dan warna merupakan komponen yang membentuk penglihatan manusia. Jika cahaya yang terdapat dalam suatu ruangan berlebihan atau terlalu kurang manusia akan kesulitan menganalisis warna disekitarnya.
 E. PENGARUH WARNA TERHADAP KENDARAAN
 Dalam buku yang ditulis oleh Andrew R. Cecil, dkk. (2011) terdapat beberapa macam patroli lalu lintas. Salah satunya adalah patroli lalu lintas mencolok dengan menggunakan kendaraan yang desain, warna, tanda, dan perlengkapannya mudah dikenali. Tujuannya adalah agar patroli tersebut dapat menarik perhatian pengguna jalan. Didalam buku ini kendaraan yang digunakan adalah kendaraan patroli. Perbedaannya dengan penelitian ini adalah pengaplikasian pada kendaraannya. Sehingga membuat kami tertarik untuk melakukan inovasi dengan menggunakan kendaraan biasa agar kendaraan tersebut lebih mencolok sehingga dapat meminimalisir kecelakaan.Â
Â
F. EFEKTIVITAS WARNA MENCOLOK UNTUK KENDARAAN
Peneliti berpikir bahwa karena fisik manusia terbatas seperti kinerja mata yang memburuk di malam hari, pendengaran tidak terlalu tajam, dll. Kendaraan yang dibuat harus disesuaikan dengan kondisi fisik manusia untuk meminimalisir kecelakaan. Salah satunya dengan tidak menggunakan kendaraan berwarna gelap ataupun penerangan yang terlalu terang. Jika dilihat dari penelitian-penelitian yang telah dilakukan mayoritas peneliti melakukan penelitian terkait manusia sebagai penyebab utama kecelakaan lalu lintas. Penelitian ini mencoba untuk mencari penyebab manusia itu sendiri dapat melakukan kesalahan dalam berkendara berdasarkan fisiologis manusia itu sendiri. Sekaligus menemukan inovasi baru yang dapat meminimalisir kecelakaan yang diadaptasi dari fisiologis manusia. Yakni kendaraan dengan warna yang terang dan mencolok.
Â
3. METODE PENELITIANÂ