3. Pengukuran Risiko: Quantify risiko dalam hal potensi kerugian finansial atau pengaruhnya terhadap titik impas usaha. Ini bisa dilakukan dengan membuat perkiraan kerugian finansial yang mungkin terjadi jika risiko terjadi.
4. Pengembangan Strategi Mitigasi: Setelah risiko diidentifikasi dan dinilai, langkah selanjutnya adalah mengembangkan strategi mitigasi untuk setiap risiko yang diidentifikasi. Strategi ini bisa termasuk diversifikasi produk, negosiasi kontrak bahan baku untuk mengamankan harga, atau kampanye pemasaran untuk meningkatkan permintaan.
5. Implementasi dan Pemantauan: Terapkan strategi mitigasi yang telah dikembangkan dan terus pantau efektivitasnya. Penting untuk memperbarui analisis risiko secara berkala karena kondisi pasar dan faktor-faktor lain dapat berubah seiring waktu.
6. Pemodelan Sensitivitas: Lakukan analisis sensitivitas untuk memahami bagaimana perubahan dalam variabel-variabel tertentu, seperti harga bahan baku atau volume penjualan, dapat memengaruhi titik impas usaha. Ini membantu mengidentifikasi risiko-risiko utama yang perlu dikelola dengan hati-hati.
Break Even Point (BEP) adalah konsep penting dalam manajemen keuangan yang membantu bisnis menentukan tingkat penjualan atau produksi yang diperlukan untuk mencapai titik impas. Memahami BEP membantu pemilik bisnis dalam merencanakan, mengambil keputusan, dan mengevaluasi kinerja bisnis. Dengan menghitung BEP, bisnis dapat mengoptimalkan sumber daya dan meningkatkan profitabilitas mereka. Oleh karena itu, setiap pengusaha dan pemilik bisnis perlu memahami dan memantau BEP mereka untuk mencapai keberhasilan jangka panjang.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H