Sejak saat itu perkenalan kami lebih dekat, yang awalnya hanya tukaran nomor WhatsApp (WA). Ketika ada waktu santai aku dan Juminah saling telpon telponan, video call dan chat.Â
Hari demi hari kami lewati hingga tiba saatnya aku tidak bisa lagi menahan perasaan saya ke Juminah.
Tepat malam minggu aku memberanikan diri untuk mengutarakan isi hatiku. Aku menelpon Juminah dan mengajaknya ketemuan di Taman. Malam pun tiba, aku dan Juminah ketemuan di Taman. awalnya Pembicaraan kami santai. Seperti kakak adik pada umunya.
Karena aku tidak tahan lagi dengan perasaanku:
"Inah, aku minta maaf sebelumnya. Mungkin ini aneh dan sulit untuk Inah terima, tapi aku harus bilang dan akui tentang semua ini ke Inah. Dan Inah jangan marah ya!"
"Iya kak tidak papa, bilang aja tidak papa kok, Inah tidak marah."
"Sebenarnya dari pertama aku lihat Inah, aku sudah punya perasaan ke Inah. Inah mau gak jadi pacarku? Saya butuh jawaban inah secepatnya".
"Sebelumnya Inah juga minta maaf sama kakak. Apakah kakak serius mau jadi pacar Inah?"
"Tentu, aku serius mau jadi pacarnya Inah. Apa Inah mau menerima aku jadi pacar Inah dan menerima apa adanya?"
Setelah beberapa lama berbicara, Inah menjawab "dari awal aku juga merasa hal yang sama kak. Aku mau jadi pacarnya kakak"
Malam itu aku dan Inah resmi menjalani hubungan bukan lagi sebagai adik dan kakak tapi sebagai pacar.