Mohon tunggu...
Muhammad Umar
Muhammad Umar Mohon Tunggu... Konsultan - Mari merawat imajinasi!

Mari merawat imajinasi! hasilketikantangan.blogspot.com

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen | Pantai, Senja, dan Perasaan yang Berdebar-debar

26 Januari 2020   10:00 Diperbarui: 2 Februari 2020   20:37 369
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Image by Barrie Taylor from Pixabay (Pixabay.com)

Aku mencoba melihat foto-foto di handphoneku. Aku ingin membayangkan wajah tampannya. "Sial, tidak ada." Hingga kusadari bahwa semua foto diambil melalui telepon genggamnya. Kubuka aplikasi kencan daring. Aku ingin melihat lekuk wajahnya agar bayangkanku tak meleset walau Satu flek hitam. "Ah sial. Aku baru ingat bahwa aku meminta dia mengganti profil picturenya dan menghapus semua galeri agar tidak ada perempuan lain yang menyapa dia." Aku hanya melihat pemandangan pantai dengan satu pohon kelapa di foto profilnya.

Sambil menunggu balasan dari Aldi, aku mengeluarkan semua isi tasku, memisahkan barang bawaanku dan pakaian kotor. Kemudian aku makan. Aku mandi. Aku pergi ke minimarket. Hingga aku sadari tak ada balasan dari Aldi. Dua jam. Lima jam. Delapan jam. Satu hari. Satu bulan. Lalu menghilang.

***

Hari ini perhitungan suara. Banyak orang di banyak tempat membicarakannya. Di kantorku, di warung makan, di warung kopi, di tempat perbelanjaan bahwa di rumah saya yang tidak sebegitunya dengan politik. Jagat sosial media penuh dengan hasil poling sementara. D sebuah lini masa, kulihat salat satu calon presiden sudah siap mendeklarasikan diri sebagai pemenang meskipun kemenangan itu hanya berdasarkan survei sementara. Sepanjang kutelusuri lini masa, sepanjang itu pula aku melihat berita tentang perhitungan suara. 

Eh tunggu dulu, secara tidak sengaja, kutemukan foto Aldi di beranda jejaring sosial kawan karibku. Tanpa banyak aba-aba, lekas kucari info agar aku bisa menghubunginya. Sekadar mencari kejelasan. Kubaca deskripsi fotonya lalu kuperjelas dengan membaca komentarnya. Kuhitung, ada 17 orang yang berkomentar.

kuyakinkan diriku atas apa yang terjadi. kupastikan lagi dengan membuka ulang postingan itu. Kucuci mukaku. Sampai akhirnya aku yakin bahwa terdapat 17 orang mempunyai cerita sepertiku. Maksudku, ya pengalaman dengan Aldi, namun tentu saja dengan nama yang berbeda dan ditempat yang berbeda.

"Dasar. Laki-laki brengsek. Bajingan.  Predator," murkaku.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun