Ah Sekarang aku mengerti mengapa banyak orang-orang yang tergila-gila pada senja hingga banyak puisi, syair dan nyanyian memujanya. Aldi baru saja menunjukkan semua itu padaku. Lelaki yang baru saja kutemui beberapa jam lalu itu sudah mendekapku di atas pasir dengan lembut dan hangat. Kami menonton senja hingga malam menjelang.
Malam ini cerah. Langit memperlihatkan gumpalan awan dan gemintang. Apakah semesta memberkatiku? aku tak bisa memprediksi. Yang pasti, malam ini, Aldi berlabuh di hotelku. Tidak hanya di hotelku. Dia berlabuh di kamarku. Melanjutkan kehangatan yang kami miliki sore lalu.  Berulang setiap hari selama empat hari. Menghabiskan waktu dengan berdialog, menonton senja, dan berdekapan. Aku terhipnotis  dan hatiku berdebar-debar. Aku tak ingin berakhir dengan sekejap.
***
Waktu memang selalu terburu-buru ketika kita sedang berbahagia. Rasa-rasanya ia cemburu. Padahal waktu itu abadi. Alangkah menyenangkan jika waktu memperlambat geraknya pada  kebahagiaan dan mempercepat geraknya pada  kesedihan. Sebab banyak orang yang ingin menyudahi kesedihan dengan cepat, bukan?Â
Sebagaimana ada perjumpaan, waktu juga selalu memberi ruang pada perpisahan. Aku dan Aldi berpisah di bandara. Aku akan kembali menghadapi realita. Sedangkan dia, masih tinggal satu hari lagi karena harus menyapa temannya.
"Jangan lupa menghubungiku ya jika sudah tiba di kotamu!" ujarnya.
"Tentu. Kamu harus datang ke kotaku ya kalau sudah dapat jatah cuti. Harus!"
"Tentu," ujarnya.
Kemudian sebuah pengumuman menyebutkan bahwa pesawatku segera lepas landas. Aku memasukan dompet dan alat komunikasikan ke dalam tas dan kukeluarkan tiket. Ia memelukku keras-keras. Menarikku seolah tak mau kehilangan. Ah aku tersipu. Pelukannya semakin kuat. Tanpa rasa malu. Tanpa sungkan.
Pesawat lepas landas. Pilot dan pramugari bekerja mengantarkan kami ke tempat tujuan. Eh, apakah tujuanku sekarang? Apakah bersama Aldi aku menemukan tujuan? ya, kupikir aku tahu tujuanku sekarang. Aldi pun harus ikut serta. Nanti. Pada saatnya tiba.Â
Akhirnya aku tiba dirumah. Ada sesuatu yang sepertinya tertinggal dan aku tahu betul apa yang tertinggal. Kuhubungi Aldi sesegera mungkin. Sial. Lelaki itu sudah menghipnotisku hingga aku seperti remaja yang sedang digosipkan dengan kakak kelas. Aku tersenyum-senyum membayangkan apa yang aku lalui berapa hari belakangan. Baru saja empat jam berpisah. Tapi aku sudah dibuat rindu begini. Rindu itu sederhana, kambuhan dan tak diundang ternyata.