Obrolan pun terus mengalir sambil kita menghisap batang demi batang rokok dalam bungkus yang sama. Setiap cerita sukses kita bahas. Obrolan kita mengarungi dunia untuk menemukan jawaban itu.
Nama-nama seperti Warren Buffett, Steve Job, Bill Gates, sampai Hartono family dan Ciputra tak luput kita sebutkan. Namun, semakin kita mencari, semakin kita tahu bahwa semuanya berproses sedemikian rupa.
Hingga keheningan hinggap diantara kita setelah 3 jam memerah kemampuan akal. Samar-samar gelak tawa pengunjung lain terdengar di telinga. Detak detik jam saya terasa terdengar keras. Kita sudah menumpahkan semua.
Jari saya sesekali mengetuk meja untuk menghilangkan keheningan sejenak. Kemudian saya tarik ponsel dari permukaan meja dan mengetik "cara cepat kaya" dalam mesin pencari.Â
Saya mengerutkan dahi dan menunjukan layar ponsel saya kepada Aryo. Kita saling memandang. Tiga situs teratas menjadi acuan Aryo mengambil keputusan. Ia menepuk paha seolah baru saja memperoleh titik temu. "Kita coba," katanya.
"Hal ini bukan cara kita, Yo," ujar saya.
"Tak peduli, otak ini hanya berpikir bagaimana membahagiakan Sekar."
Saya sulit membantah. Sampai akhirnya saya iringi Aryo kemanapun menuju objek yang menjadi tujuan. Jatah cuti saya relakan. Banyak biaya telah saya korbankan. Pun tenaga dan pikiran dikeluarkan dengan penuh keikhlasan.
Tentu saja, untuk memenuhi ambisinya.
****
"Jadi apa yang harus kulakukan Don?" ujar sekar. Lamunan saya pun ambyar terkait tindakan Aryo. Suara Sekar terdengar sedikit bergetar, sulit untuk berbicara normal. Sesekali ia menghapus jentik air yang ingin keluar dari matanya.