Mulai dari penjual yang menggunakan gerobak dorong, warung kaki lima, restoran, sampai lapak-lapak di pusat perbelanjaan modern. Di kota ini pun dapat ditemui berbagai macam jenis soto, baik soto khas Jogja sendiri maupun soto khas dari daerah lain seperti soto lamongan dan soto kudus.Â
Soto khas Jogja sebenarnya tidak jauh berbeda dengan soto-soto lain pada umumnya, yang membedakan hanyalah kuahnya.Â
Apabila biasanya soto identik dengan kuah yang kuning dan rasa rempah-rempah yang cukup kuat, soto khas Jogja ini justru hanya berkuah bening karena bumbunya yang hanya dipotong-potong tanpa ditumbuk sehingga cita rasa kuahnya lebih ringan daripada soto lainnya.Â
Selain itu penyajian soto di Jogja pun sedikit berbeda, nasi yang biasanya hanya sebagai pelengkap ternyata ikut serta ditaruh dalam mangkuk dan dicampur bersama isian soto.Â
Sebagai pelengkap biasanya soto Jogja ditemani dengan lenthok yang terbuat dari singkong yang dihaluskan lalu digoreng dengan bentuk bulat, lenthok yang gurih dan kuah soto yang hangat merupakan perpaduan yang sempurna menurut masyarakat Jogja.
"Dari dulu soto emang udah ada dan terkenal di Jogja mbak, kalau ditanya kenapa disini banyak yang jual soto ya itu karena masyarakat Jogja emang pada suka sama soto.
"Jadi yang jual soto juga makin banyak, apalagi harga seporsi sotonya juga murah meriah, cocok buat mahasiswa-mahasiswa yang ngerantau di Jogja" ujar bu Giyati (46) pemilik warung soto Gunung Kidul, Rabu (14/04/2021).
Kuliner Legendaris
Kata legendaris memang tepat digunakan untuk menggambarkan keberadaan soto di Kota Gudeg ini, mengingat sejak abad ke-20 soto sudah mulai masuk ke kota ini serta warung-warung soto pun sudah ada yang berdiri sejak tahun 1921.Â
Karena itulah soto juga termasuk dalam salah satu makanan khas di Jogjakarta meskipun bukan hidangan murni olahan Kota Jogja sendiri.Â