Ketika pertama kali menginjakan kaki merantau di Kota Jogjakarta, pikiran saya seketika terusik akan satu pertanyaan besar.
Mengapa hidangan soto begitu banyak dijual di Kota Jogja?
Saya cukup terheran-heran ketika terlampau sering melihat penjual soto di kota ini. Kemanapun saya melangkah pasti akan selalu menemukan hidangan soto, seolah-olah soto adalah kuliner yang wajib dijual disetiap sudut Kota Jogja.Â
Penjual soto menjamur dimana-mana hingga kota ini dipadati oleh keberadaan mereka, bahkan disatu daerah saja penjual soto tak terhitung jumlahnya.Â
Padahal Jogja acap kali dijuluki dengan Kota Gudeg, tapi entah mengapa hidangan soto juga ikut menjadi primadona di kota ini. Bahkan menurut perkiraan saya, disini lebih banyak ditemukan penjual soto daripada penjual gudeg itu sendiri.
Adakah diantara kalian yang juga penasaran akan dominannya keberadaan soto di kota Jogja? Mari kita terlusuri bersama jawabannya!
Soto adalah salah satu jenis sup yang identik dengan kuah kuning serta cita rasa asamnya yang menyegarkan.Â
Dilansir dari kulineria.id, ternyata soto berasal dari Negri Cina dengan sebutan cau do, jao to, atau chau tu yang dibawa oleh para imigran Cina ke pesisir pantai utara Jawa pada abad ke-18.Â
Yang kemudian pada awal abad ke-19 cau do yang berubah nama menjadi soto mulai diperkenalkan, dan baru pada abad ke-20 mulai masuk ke daerah Jogjakarta serta diperdagangkan secara umum ke masyarakat.
Terciptanya aneka jenis soto khas dari berbagai daerah di nusantara saat ini merupakan hasil dari akulturasi budaya asing dengan budaya Indonesia yang berpartisipasi menambahkan bumbu-bumbu khas daerah didalamnya.Â
Di Jogja sendiri soto mudah sekali ditemukan dimana-mana, sejauh mata memandang tak ayal selalu menemukan puluhan bahkan ratusan penjual soto.Â