Dunia kuliner terus mengalami perkembangan. Salah satu makanan viral yang masih eksis hingga sekarang yaitu risol mayo. Makanan ini tidak hanya digemari oleh anak muda saja, tetapi ternyata juga disukai orang tua dan bahkan lansia.
Seperti yang dilakukan oleh owner @Dolmaem_maem, yang akrab disapa Hania, 25 tahun, telah melirik dunia bisnis sejak duduk dibangku kuliah. Usaha ini telah berjalan selama 6 tahun, sejak 2018 hingga saat ini. Bosan merantau di Semarang membuatnya iseng berjualan untuk menambah uang jajan.
Usahanya ini justru bermula dari berdagang Batik Pekalongan pada tahun 2017.
"Sempat buka usaha tapi bidang fashion yaitu batik, Instagramnya @nimas_batikpekalongan, target pasar batiknya orang luar Jawa Tengah terkhusus orang luar Jawa, 2 tahun jualan dari 2017-2019, omsetnya makin tipis karena jaman itu Shopee dan BukaLapak udah mulai merambat, sama ya karena sibuk kuliah jadi nggak bisa ngikutin arus ke pemasaran online shop nya," ujarnya.
Karena keadaan yang mendesak ingin punya uang jajan sendiri pas kuliah, akhirnya tahun 2018 mencoba bisnis kuliner dengan berjualan donat untuk dijual di kantin kejujuran. Donat ini ia bikin sendiri di kost.
Saat jeda libur semester yang cukup panjang, selama 2 bulan, Hania mengikuti pelatihan kejuruan pembuatan roti dan kue yang diselenggarakan BLK Kota Pekalongan. Ia diajarkan cara membuat kue dari teknik yang paling mendasar hingga bagaimana cara pemasaran yang strategis, dan juga bagaimana packaging yang menarik.
Berangkat dari pelatihan tersebut, akhirnya muncul ide jualan di kampus berupa risol mayo.
"Karena pas kuliah aku nggak bisa diem harus punya uang tambahan sendiri pokoknya, dan kos saat itu mendukung karena ada dapur bersama, jadi bisa coba coba masak terus sampai berhasil", ujar Hania.
Pada akhir tahun 2019, muncul Covid-19. Dimana semua aktivitas diarahkan untuk WFH, kuliah libur dan semua full kuliah online. Muncul rasa bosan di rumah, Hania memutuskan melanjutkan berjualan risol mayo di rumahnya, di daerah Jenggot, Kota Pekalongan.Â
Pemilihan nama dagang @Dolmaem_maem, bersama pacarnya Bram, selama kurang lebih 4 hari ini pada awalnya juga karena iseng.
"Dol artinya adol (jualan), maem artinya (makan), jadi intinya jual makanan," ujar Hania
Siapa sangka kini justru pembawa rezeki dengan banyaknya pembeli yang rela menunggu open order.
Motivasi dan Pemasaran
Motivasi awal Hania untuk berjualan tentu demi mendapatkan cuan dan uji coba. Â Mengapa uji coba? Karena pada saat itu ia belum ada pengalaman berjualan di luar kampus,
"Kalau di kampus kan orang-orang yang beli sudah pada kenal, nah kalau di rumah mbak Hani mikir lagi gimana caranya buat survive pas masa Covid, karena kalau nggak kuliah itu nggak dikasih uang jajan sama bapak," ujarnyaÂ
Pemasaran awal memanfaatkan relasi teman SMA,
"Tak tawarin teman-teman SMA ku buat maksa beli dan dibikin story di Instagram biar orang lain kepo dulu ahahaha, ada yang komen kurang ini kurang itu, ada yg bilang murah ada yang bilang mahal, namanya orang beda-beda,"Â
Sistem penjualan dilakukan dengan metode Pre-order. Jadi, pesan dulu dan barangnya siap diambil di tanggal yang sudah ditentukan. Hania juga melayani sistem pesan antar dengan bebas biaya antar guna menambah minat pembeli.
Dari umpan balik yang diterima, Hania terus memperbaiki kualitas dagangannya dan beralih berjualan di Instagram dan Facebook. Ia juga turut meng-endorse beberapa selebgram ternama di Pekalongan. Lalu mengadakan give away, dan diskon pada beberapa event seperti Promo Hari Kemerdekaan untuk pemasaran produk.
Harganya yang murah dan isinya melimpah menjadi daya tarik tersendiri bagi pembeli. Ada berbagai varian isi untuk risol mayo, yakni isi sosis, telur, beef, bakso, daging kebab, dan mix. Satu pack isi 5 risol mayo dibanderol harga Rp. 13.000 - Rp. 25.000.
Usaha risol mayo semakin ramai pembeli. Pesanan juga datang untuk snack rapat dan acara khusus lain. Hania pun mengajak adiknya untuk membantu berjualan.
Beberapa kali mengikuti pelatihan kewirausahaan agar usaha risol mayo terus berkembang. Hania juga tidak lupa untuk turut mendaftarkan sertifikasi halal dagangannya.
Seiring berjalannya waktu, usahanya kian melebar. Terdapat menu lain yang dijual yaitu Pempek Fenomenal (Pempek Palembang), Otak-otak Bandeng, Rolade, Stup Roti, Cheese Roll, Ayam Katsu, dan Pisang Coklat Lumer dengan harga yang sangat terjangkau.
Kendala yang Dihadapi
Dalam berdagang, untung rugi adalah hal yang biasa. Kerugian yang dialami oleh Hania pun cukup beragam,
- Pada sistem PO ini ternyata persentase ruginya besar. Seperti pembeli yang lupa kalau dia sudah memesan, tidak ada di lokasi COD, dan tidak kunjung mengambil pesanan. Mau tidak mau akhirnya pesanan ia makan sendiri dan dibagikan ke orang rumah atau teman.
- Modal yang tipis memaksa untuk memutar otak agar dana terus berputar. Belum berani untuk produksi besar, nggak berani selalu ready dan selalu pake sistem PO guna meminimalisir kerugian.
- Kendaraan, harga bensin yang kian mahal kini terpaksa mematok harga ongkos pesan antar untuk area yang jauh. Layanan pesan antar khusus untuk pembelian jumlah banyak, pembeli langganan, dan bisa menutup biaya bensin.
- Promosi, kendala utama saat covid, banyak orang beralih profesi menjadi penjual makanan dengan rata-rata menu yang dijual sama namun dengan promosi yang gila-gilaan. Tidak ingin ambil resiko, karena modal promosi iklan butuh biaya besar.
- Tempat Produksi, karena di rumah dan dengan peralatan seadanya, sehingga belum bisa tepat waktu saat mengantar pesanan, tidak jarang mundur dari jam pengantaran yang sudah ditentukan.
Akhirnya modal berkurang lagi dan keuntungan yang diperoleh tidak banyak. Tetapi hal itu tidak membuat Hania menyerah menjalankan usaha risol mayo,
"Namanya usaha mau nggak mau gas terus aja, dari situ kita juga dapat ilmu. Macam-macam customer dari yang aneh, yang menguras emosi, sampai yang super baik," ujar Hania
Solusi yang Dilakukan
Dari beragam permasalahan tadi, Hania melakukan alternatif penyelesaian diantaranya,
1. Membuat catatan pengeluaran dan pemasukan yang terstruktur. Jadi tahu perolehan untung dan rugi berapa persen.
2. Mulai berani buat sistem COD yang tadinya pesan antar, guna mengurangi biaya di bensin. Karena tidak ingin menaikan harga penjualan biar terkesan masih murah, dan untuk pembeli di area produksi bisa ambil ke rumah langsung.
3. Berani kolaborasi dengan selebgram, promosi ke selebgram dan dengan melakukan give away untuk menarik perhatian pembeli.
4. Tidak ada sistem blacklist untuk customer yang ingkar, hal ini disiasati dengan meminta pembayaran di muka terlebih dahulu
Selama 6 tahun berjualan, keuntungan bersih yang diperoleh dari usahanya bisa mencapai belasan juta/bulan.
Wow fantastis sekali bukan penghasilan yang diperoleh apabila tekun menjalani usaha yang kita sukai. Untuk mendapatkan sesuatu yang besar, diperlukan keberanian untuk memulai, berani mengambil resiko, dan kemampuan menciptakan peluang.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H