Mohon tunggu...
Lidon Siagian
Lidon Siagian Mohon Tunggu... Wiraswasta - Berbagi dan melayani

Salt and light of the world

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Sebagai Penyintas Stroke, walau Sangat Berisiko tetapi Ribuan Alasanku untuk Terus Berlari

4 Juni 2021   13:01 Diperbarui: 4 Juni 2021   13:18 223
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kesehatan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Schantalao

Olah raga lari adalah salah satu olah raga yang tidak dianjurkan untuk penyintas stroke. Dikategorikan olah raga beresiko tinggi karena olah raga ini membutuhkan fisik dan mental yang sehat dan prima. Orang yang dalam kondisi fisiknya sehatpun kalau mentalnya tidak kuat bisa beresiko. Apalagi untuk berlari sampai berkilo kilo meter.

Mampu berlari juga bukan jadi sebuah acuan untuk pemulihan penderita stroke. Dikatakan Pulih dari stroke bukan karena sudah mampu berlari. Kepulihan hanya bisa diukur dari tingkat kemandirian yang sudah dicapai.

Pertama sekali saya berlari 10 km yaitu  2 tahun sejak saya stroke. Saat perlombaan dimulai, mental saya langsung down karena pelari pelari yang lain saya lihat lincah dan agresif. 

Para pelari yang ada di depan, di samping kiri dan kanan dan yang dari belakang saya  semua berlomba lomba  mendahului saya, saya tertinggal dan saya hampir berhenti, mental saya down. Mata saya menengadah ke atas, melihat gedung gedung tinggi di sekitar daerah Kuningan, Jakarta. 

Seakan saya minta bantu ke gedung gedung pencakar langit itu agar saya diangkat ke depan. Tetapi pada akhirnya semua membisu, saya harus berlari dan berjuang sendiri. 

Selama lintasan 10km akhirnya bisa saya lalui walau sudah tidak masuk range waktu jadi finisher. Saat masuk garis finish, saya bangga, saya merasa terangkat dan merasa saya masih bisa seperti manusia normal lainnya dan saya masih bisa pulih.

Sejak perlombaan lari marathon pertama itu, saya semakin semangat untuk latihan. Saat saya merasa kelelahan, saya kembali flashback 10km yang sudah pernah saya lewati. 

Saya berlari terus dan mengikuti beberapa even marathon sampai ke luar kota. Saya latihan perhari 12km -15km. Sebenarnya itu jarak yang sangat jauh, tapi saat berlari saya selalu berusaha tidak menghitung jarak. Kalau pada saat saya berlari selalu menghitung jarak, mental saya akan lemah karena akan banyak godaan untuk berhenti. 

Pertanyaan pertanyaan akan muncul dalam benak saya,”  kapan sampainya?, masih jauh gak ya? Apa saya istirahat dulu?dll. Tentunya hal itu akan mengganggu konsentrasi  dan akhirnya akan berhenti. Ternyata saya hanya perlu berlari dan berlari terus.

Puncak dari pencapaian saya adalah pada lari  Marathon pada akhir tahun 2019 sebelum pandemi Covid -19 melanda Indonesia dan Dunia. Saya mengikuti Half Marathon 21km pada  event Danamon Run 2019. Saya bisa menyelesaikan lari 21km dalam waktu 2 jam 16 menit. Saat iru saya diliput majalah Bahana dan diberitakan menjadi Pelari Marathon stroke pertama di Indonesia.

Saya sangat bersyukur dalam kondisi tubuh yang belum normal, kaki tangan masih lemah dan kaku saya bisa melampaui pencapaian dari 6000 orang normal  peserta. Banyak dari orang normal dan sehat itu yang jauh ketinggalan di belakang saya,banyak yang tidak mencapai garis finish. Hal ini menaikkan kembali kekuatan dalam diri saya dan kepercayaan diri saya. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun