Mimpiku mimpi anak jalanan,
Melihat sang perut besar melahap banyak makanan,
Menelan ludah dalam-dalam tlah membuat kenyang.
Mimpiku mimpi anak jalanan,
Melihat wanita membuang makanan,
Sakit hati kerap kali menerjang.
Mimpiku mimpi anak jalanan,
Melihat para siswa tawuran,
Nelangsa hati tak berguna lagi.
Tertimpuk batu, lari berteduh,
Sudah hal yang biasa.
Jalanan ibu kota sudah menjadi kampung halaman yang takkan terlupa,
Apalah arti semua,
Orang tua saja tak jelas ada tidaknya ku punya.
...
Terlintas di mata seorang gadis kecil menangis di dekat tong sampah,
Ku datangi dan ku tanya mengapa bersedih,
Bersembunyilah dia di balik tong sampah,
Kurayu dengan kata manis agar dia tak lagi menangis,
Datanglah dia kepadaku.
Hati ku miris melihat air matanya tetap ada,
Ku tanya mengapa?
Takut dan ku di sangka orang gila katanya,
Ku tertawa dan ku belai rambutnya,
Tersenyum ku buatnya dan berceritalah dia,
...
Ayahnya telah tiada,
Ibunya hampir gila dibuatnya,
Harta melimpah telah hilanglah sudah,
Entah apa alasannya maka di buanglah dia.
Tertusuk hati ini mendengarnya,
Menangis mata ini di buatnya,
Gadis sekecil ini dibuang karna hal yang tak berlogika alasannya.
Ku tanya siapa namanya,
Mayang katanya.
Ku tanya ingatkah dimana alamat tinggalnya mama,
Tak tahu katanya.
Kutanya adakah keluarga lain dimilikinya,
Dia bilang ada ibu dari ayahnya tinggal di pinggiran kota dekat sekolah lamanya.
...
Ku antarlah dia kesana,
Selain kaki apalah alat transportasi lain yang ku punya.
Kuantar dia hingga tiba di sana.
Seorang wanita tua renta tinggal sendiri disana,
Dengan rumah sederhana dan ayam miliknya mereka tinggal bersama.
Setelah tau itu cucunya, maka di peluklah Mayang erat-erat.
Tersenyum wanita itu melihatku,
Diajaknya masuk dan ditawarkannya makanan untukku.
...
Diceritakannya masa lalu kepadaku,
Ayah mayang adalah anak rantau yang berhasil menaklukan Jakarta katanya,
Lama tak ada kabar, maka menyusullah sang ibu ke Jakarta.
Di sebuah rumah megah dia telah kehabisan kata,
Karna sang ibu Mayang mengusirnya dan tak mau mengakui ibu suaminya.
Ayah Mayang tak mampu berkata.
...
Saat dulu Mayang masih di taman Kanak-kanak,
Sang ayah menjemputnya dan mengajak mampir ke rumah neneknya.
Senang hati Mayang karena masih punya keluarga.
Hingga waktu pulang telah tiba.
Sampai di rumah ibunya marah besar,
Di pindahkannya Manyang ke sekolah yang jauh dari sana,
Agar tak lagi berjumpa dengan neneknya.
...
Sejak saat itu sang nenek tak lagi berani untuk apa-apa.
Tahu Mayang di buang maka diajaklah Mayang tuk tinggal bersama,
Ditanyalah aku tinggal dimana,
Ku jawab saja di jalanan ibu kota tempatnya,
Ditawarinya aku tinggal bersama,
Ku jawab tidak.
Karena di jalanan ibu kota adalah sekolahku dan tempat tinggalku,
Karena disanalah kudapat membuka mata,
Mempelajari dunia,
Dan apa makna berbagi dengan sesama.
Meski ku hanya anak jalanan biasa,
Ku tetap saja tak berhenti bermimpi,
Ku akan tetap berusaha
Tuk menjadi yang sempurnya kelak di surga.
Karena disanalah kelak ku akan bahagia.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI