Mohon tunggu...
Lida Noor Meitania
Lida Noor Meitania Mohon Tunggu... pegawai negeri -

young bureaucrat alias Pegawai Negeri Sipil generasi muda di sebuah kementerian

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Tenaga Pengajar Diklat Harus Mampu Membentuk Pranata Humas yang Kompeten

10 April 2016   22:46 Diperbarui: 10 April 2016   22:51 215
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Di tulisan sebelumnya, sudah saya sampaikan mengenai salah satu syarat sebelum penyelenggaraan diklat Pranata Humas harus ada Training of Trainers (ToT) bagi para calon tenaga pengajar diklat Pranata Humas, sesuai Peraturan Menteri Komunikasi dan Informatika Nomor 31 Tahun 2015 tentang Pedoman Penyelenggaraan Pendidikan dan Pelatihan Jabatan Fungsional Pranata Hubungan Masyarakat. Kali ini saya akan menulis pengalaman selama menjalani 6 hari ToT tersebut.

Hari Pertama

Hari Senin ( 14/3) pagi di Pusdiklat Pegawai Kominfo, saya kembali bertemu dengan Mas Iskandar Zulkarnaen yang sudah 6 tahun tidak bertemu. Selama ini juga saya tidak menulis di Kompasiana. Awal pertemuan dengan Mas Isjet ini ketika saya mengikuti bimbingan teknis di kantor, tahun 2010. Saat itu Mas Isjet sebagai narasumber, menginspirasi saya terutama untuk menulis di Kompasiana. 

Thanks to facebook, twitter, path, whatsapp, masih bisa update dengan beliau. Demi Pranata Humas deh saya ajak Mas Isjet untuk ikut ToT ini yang nantinya kalau lulus akan ngajar para PNS calon Pranata Humas. Ternyata Mas Isjet mau. Duh seneng banget saya. Semoga nantinya semakin banyak Pranata Humas yang suka menulis seperti Mas Isjet.

Materi pertama yang kami dapat, Dinamika Kelompok. Berhubung 29 orang peserta akan berkumpul terus selama 6 hari, maka dinamika kelompok ini dianggap penting sebagai ice breaking. Masing-masing peserta yang datang dengan latar belakang  berbeda, berusaha untuk mengenal peserta yang lain dan “menghancurkan es yang membeku”. 

Proses ice breaking diawali dengan berhitung 1, 2, 3, dst tapi angka 3, angka kelipatan 3 seperti 6, 9, 12, dan angka yang mengandung angka 3 seperti 13, 23, 33 diganti dengan kata “blank”. Yang salah kena hukuman. Berhubung saya tidak suka berhitung jadilah saya yang pertama dan satu-satunya yang kena hukuman di permainan ini. Ada untungnya juga dihukum, karena hukumannya adalah tidak jadi pemain di permainan berikutnya, cuma kasih instruksi aja.

Setelah ice breaking, Ir. Ivonne Pongoh, M.Si dari Lembaga Administrasi Negara, membagikan kartu berwarna yang peserta isi dengan nama panggilan, satuan kerja atau instansinya, dan hobi. Kemudian peserta berkelompok sesuai dengan hobi dan warna kartu yang dipilih. Pada saat diskusi kelompok ini, peserta diminta untuk menentukan satu kata atau lebih yang mencerminkan Pranata Humas dan memperagakan di depan kelompok lain untuk kemudian ditebak. Hasilnya, Pranata Humas itu haruslah pribadi yang “Juara”, dapat be-“Kerjasama”, “Proaktif”, “Merakyat”, dll.

Selanjutnya, saatnya pemilihan presiden atau ketua kelas. Dan yang terpilih sebagai presiden adalah saya mengalahkan tiga kandidat lain yang semuanya perempuan. Hahaha…

Kalau ada presiden tentu ada wakil presiden kan? Saya pilih Isnan Arif Wicaksono sesuai dengan kriteria yang saya buat sendiri: laki-laki, muda (bahkan yang termuda diantara peserta lainnya), hobi yang sama (kuliner), (calon) widiaiswara di Pusdiklat Pegawai Kominfo.

Tugas presiden dan wakil presiden pertama adalah membuat aturan main atau kesepakatan bersama, antara lain sarapan, hp silent, tidak harus pakai dasi, tidak harus pakai kemeja warna putih, disarankan untuk menginap di asrama, dan motivasi untuk lulus 100%.

Hari Kedua

Di hari kedua, masih dengan Ivonne Pongoh, peserta diminta mendiskusikan kriteria tenaga pengajar yang mampu menyampaikan materi dengan baik. Jawabannya kami antara lain:

1.       dilakukan dengan metode interaktif

2.       menggunakan media pembelajaran multimedia

3.       komunikatif, friendly, dan luwes

4.       menguasai materi atau kompeten

5.       berpenampilan menarik

6.       materi yang disampaikan logis, update, dapat diterapkan, tepat sasaran dan dibutuhkan

7.       energik dan dinamis

8.       praktek

9.       menghibur

10.   inovatif

11.   mau mendengar

Selanjutnya membahas metode pembelajaran yang dapat digunakan oleh tenaga pengajar, antara lain mulai dari metode yang paling popular seperti cemarah, tanya jawab, diskusi, studi kasus, simulasi, seminar, kunjungan, debat, games, film pendek, role playing, demonstrasi, sampai ke metode pembelajaran yang saya baru tahu seperti falling leaf, mind mapping, snowball throwing, window shopping.

Hari Ketiga

Di hari ketiga dan keempat, kami menerima materi dari semua Master Traniners (MT). MT pertama adalah Prof. Dr. Henri Subiakto, SH, MA (Staf Ahli Menteri Komunikasi dan Informatika Bidang Komunikasi dan Media Massa), yang menyampaikan materi Dasar-dasar Komunikasi, Komunikasi Efektif, Dasar-dasar Kehumasan Pemerintah, Teknologi Komunikasi Kehumasan, dan Etika Kehumasan.

Setelah itu, kami mendapatkan materi dari Dr. Indiwan Seto. Sebagian materi yang disampaikan, mengenai kondisi humas pemerintah di Indonesia tahun 2006, tanpa memotret kondisi terkini sepuluh tahun setelah tahun 2006. Sayang sekali beliau tidak update dengan kondisi terkini humas pemerintah. Kesan yang didapat adalah beliau tidak siap untuk mengajar di hadapan kami.

[caption caption="Prof. Ibnu Hamad menyampaikan materi pada ToT Diklat Jabatan Fungsional Pranata Humas"][/caption]

Prof. Ibnu Hamad menyampaikan Audit Komunikasi Pemerintah, Strategi Pengelolaan Isu Kebijakan Pemerintah, dan Diplomasi Publik. 

Hari Keempat

Menurut Dian Anggraeni Umar, Government Public Relations sekarang tidak bisa mengandalkan propaganda, sudah old fashioned. Sekarang eranya PR 360 degrees. Profesi PR berevolusi jauh dengan tantangan yang kompleks, profesi PR adalah international job. Teknologi telah merubah pola komunikasi menjadi horizontal, semua terkoneksi. Konstituen adalah publik dunia. Internet telah menggeser keseimbangan kekuatan antara perusahaan dan publiknya menjadi hubungan simetris. Pola, budaya, strategi taktik, termasuk pesan komunikasi berubah signifikan. Membutuhkan kreatifitas, kecepatan dan kepekaan yang tinggi.  

Dian Budiargo bilang meninggalkan kesan yang baik pada saat mengajar atau berkomunikasi dengan orang lain adalah dengan PLEASE. Please artinya Posture, Look and Listen, Expression, Appearance, Speech, Eagerness to help others.

Posture. Jangan pernah minder dengan postur tubuh kita, apakah pendek, tinggi, gemuk, kurus.

Look and listen. Mau melihat dan mendengarkan orang.

Expression. Ekspresi wajah akan mencerminkan jika hati kita tersenyum, dan memancar melalui aura. Jangan tatap mata semua orang satu per satu. Tatap saja keningnya.

Appearance. Penampilan dari ujing kaki ke ujung rambut. Jangan terlalu dress up atau dress down.

Speech. Sampaikan kata-kata, ada pembukaan, body, dan penutup.

Eagerness to help others. Keinginan untuk curhat dan jangan bikin orang jadi males ngobrol.  

[caption caption="ToT Diklat Jabatan Fungsional Pranata Humas"]

[/caption]

Tulus Subardjono, Direktur Komunikasi Publik Kementerian Komunikasi dan Informatika menyampaikan materi Jabatan Fungsional Pranata Humas, Penilaian Angka Kredit, dan Pengembangan Kepribadian.

Hari Kelima, saatnya pendalaman materi dengan masing-masing MT dan menyiapkan materi yang akan diuji saat ujian di hari keenam, sesuai dengan mata diklat yang akan diampu pada saat mengajar Diklat Jabatan Fungsional Pranata Humas.

Hari Keenam

Ujian microteaching dan hasil dari ujian itu MT merekomendasikan nama-nama peserta ToT yang layak untuk mengajar Diklat Pranata Humas.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun