Pengertian HiperaktifÂ
Arga Paternotte dan Jan Buitelaar dalam Puspitasari (2020) mengemukakan bahwa "Hiperaktif atau yang sering disebut dengan Attention Deficit Hyperactivity Disorder (ADHD) anak yang selalu bergerak sepanjang hari dan tidak dapat duduk diam di kursi, merasa tidak tenang, mudah terganggu dan cepat frustasi". Pendapat lain dari Barkley dalan Febriana (2019) "Hiperaktif dikenal sebagai Attention Deficit Hyperactivity Disorder (ADHD) yang merupakan suatu kondisi neurologis yang melibatkan gangguan pada proses memusatkan perhatian dan perilaku Hiperaktivitas dan impulsivitas yang tidak sejalan dengan tingkat usia anak".
Dari sebagian pengertian diatas, dapat disimpulkan jika anak hiperaktif ialah anak yang hadapi hambatan pemusatan atensi yang disebabkan kehancuran kecil pada sistem saraf pusat dan otak yang hendak membawa akibat timbulnya kasus raga, psikis dan kasus sosial, sehingga rentan konsentrasi penderita jadi sangat pendek dan sulit dikendalikan. Anak hiperaktif sering kali bergerak tanpa tujuan. Dia melakukan segala aktivitas yang kelewatan hanya atas dasar keinginan semata, bukan perasaan ingin tahu semacam yang terjalin pada anak normal. Anak hiperaktif tidak pernah kehabisan tenaga. Ada saja kekuatan buat terus bergerak tanpa henti. Disaat anak lain merasa lelah, ia masih saja bergerak tanpa tujuan. Anak hiperaktif menunjukkan adanya suatu pola perilaku yang menetap pada seorang anak. Perilaku ini diisyaratkan dengan sikap tidak mau diam, tidak bisa berkonsentrasi dan berfungsi sekehendak hati maupun implusif.Â
Faktor Penyebab Hiperaktif
Secara umum, anak hiperaktif memiliki tingkat kebugaran jasmani yang lebih rendah dibandingkan anak lainnya. Berbagai kondisi seperti asma, alergi, dan infeksi tenggorokan sering terjadi. Saat tidur, biasanya tidak setenang anak-anak lain. Banyak anak dengan ADHD mengalami kesulitan tidur dan sering terbangun di malam hari. Selain itu, anak dengan aktivitas fisik yang banyak memiliki resiko kecelakaan seperti jatuh dan terkilir yang lebih tinggi.Berikut adalah faktor-faktor penyebab ADHD pada anak (Isnanto, 2013: 89), meliputi aspek-aspek sebagai berikut:
Pertama, faktor neurologis, dengan insiden hiperaktivitas yang lebih tinggi pada bayi yang lahir dengan masalah prenatal (misalnya persalinan lama, gawat janin, persalinan forsep, toksisitas gestasional, dll.) dibandingkan dengan kehamilan dan persalinan normal. Selain itu, berat lahir bayi terlalu rendah, ibu terlalu muda, ibu merokok dan minum alkohol serta faktor lain juga dapat meningkatkan kejadian ADHD.
Kedua, faktor toksik, beberapa zat makanan seperti salisilat dan pengawet berpotensi menimbulkan perilaku hiperaktif pada anak. Selain itu, anak-anak dengan kadar timbal serum yang tinggi, ibu yang merokok, minum, dan paparan sinar-X selama kehamilan juga dapat melahirkan anak-anak dengan ADHD.
Ketiga, faktor genetik, hiperaktivitas pada keluarga dengan anak hiperaktif sangat berkorelasi. Sekitar 25-35% ADHD masa kanak-kanak pada orang tua dan saudara kandung akan berkurang pada anak. Ini juga terlihat pada anak kembar.
Keempat, faktor kultural dan psikososial: pemanjaan, kurang disiplin dan pengawasan, orientasi kesenangan dan hukuman.Â
Ciri-ciri anak hiperaktifÂ
Ciri secara universal siswa yang mempunyai hiperaktivitas sebagai berikut:
- Tangan serta kaki tidak dapat diam ataupun duduk dengan resah.
- Kerap meninggalkan kursi di kelas maupun dalam suasana yang lain kala diharapkan senantiasa duduk manis.
- Kerap lari kesana kemari ataupun banyak memanjat manjat dalam suasana kala diharapkan senantiasa duduk manis.
- Kerap tidak dapat diam kala bermain ataupun melaksanakan aktivitas waktu luang
- Kerap" bergerak terus" ataupun kerap berperan seolah" didorong suatu motor".
- Kerap berbicara terus-menerus.Â