Tapi kini itu semua tinggal kenangan, semua usaha perlahan meredup tak lama setelah saya menikah lagi. Keputusasaan atas kebesarannya seringkali menghampiri saya, seringkali membuka album kenangan di hp ketika masa-masa usaha saya berjaya  tapi yaa sudahlah saya hanya bisa me saat ini saya hanya ingin meyakinkan diri dan membuktikannya bahwa nikah itu memperbaiki rezeki! Tapi sepertinya saya sudah menyerah. M au sampai kapan?"
Suami saya terlihat ogah2 an berusaha, ini itu gak mau nyoba padahal mestinya dia tahu kalo ada 3 jiwa yang harus dia nafkahi. Baru kali ini untuk makan saja saya harus minta kesana kemari kue kaleng murahan pun saat ini sangat berarti buat saya.
Saya seringkali bertengkar melihat keseharian suami yang hanya menunggu panggilan kerja sesuai dengan minatnya. Saya minta dia untuk gabung jadi gojekers katanya males panas2an. Sedangkan dia ngga menyadari kehadiran kami anak pertama saya baru 3 tahun, dan kedua baru 2 bulan dan kondisi saya masih menyusui.
Teteh tau gimana sakit hatinya saya kalau anak minta jajan tapi ngga punya uang sama sekali, teteh tau gimana saya nahan karena Asi (Air Susu Ibu) saya disedot anak kedua.
Memang sudah semestinya saya mengurusi mereka tapi nyatanya yang ada saya selalu kesal melihat kelakuan suami yang tiap hari seolah menunggu keajaiban turun dari langit. Karena bukan kebetulan saya masih menumpang hidup di rumah orangtua.
Orangtua saya mengijinkan kami untuk tinggal bersama dengan timbal balik saya harus bersedia membersihkan segala sesuatunya baik itu bekas anak-anak maupun orangtua.
Satu waktu, saya bertengkar hebat dengan suami karena mungkin kondisi saya sedang lelah. Setiap malam tak bisa tidur nyenyak karena bayi terjaga dan menyusui, sedari pagi harus mengurusi rumah dan semua anggota keluarga. Â
Waktu itu ada pertanyaan saya yang terlontar "niat kamu menikahi saya apa?" sudah jelas kamu menikahi janda dan konsekuensinya harus menafkahi 2 orang  ..
Suami saya menjawab "Iya, saya menikahi kamu karena waktu itu kamu mandiri, punya usaha, dan wanita karier jadi saya ngga terlalu repot menafkahi kamu dan anak kamu! Saya bisa fokus menghidupi saya sendiri dengan status menikah!"
Teehh .. Hati saya ngenes! Â ....
Ternyata niat ibadah saya menikah tak sejalan dengan niatnya menikahi saya ..