***
Pukul setengah 4 sore, corong dari megaphone ketua panitia sudah berkoar-koar mengingatkan untuk bersiap-siap pulang dan segera memasuki bis, masih dengan perasaan bingung selepas sholat ashar tadi Bagas sudah siap, namun sayangnya Fachri masih berselimut handukku.
Tiba-tiba Kang Uya menghampiri mendekat,
“kang Uya ni kemana aja? Ni kasihan Fachri belum pake baju!” seruku sedikit membentak kesal.
“ayo Fachri cepet di pake bajunya! “serunya tanpa menghiraukanku.
“tapi masih basah Bii.. “ jawab anak itu memelas.
“ah sudahlah, nanti juga kering sendiri!” jawabnya ketus memaksa.
Segera kuberanjak meninggalkan mereka berdua, dengan perasaan kesal tentunya. terlihat cucuran air masih menetes di celana yang Fachri kenakan, sungguh tak tega … namun aku tak bisa berbuat banyak. Hingar bingarnya menyambut tahun baru dengan banyaknya konvoi yang tumpah ruah di jalanan memaksa perjalanan kembali pulang Garut-Bandung kali ini terkendala macet yang tak terkira dan luar biasa, bis baru sampai di Bandung pukul 10 malam, kira-kira 6 jam perjalanan. Sesaat setelah bis terparkir segera kuberanjak turun dengan perasaan iba melihat anak itu menggigil kedinginan ditambah dengan dinginnya AC dalam bis.[caption caption="pass"][/caption]